DIA adalah Ummul Mukminin, Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha. Dia adalah ibunda kita semua sebagai umat Muslim. Dia memiliki kemuliaan, harta, keteguhan dan kecerdasan.
Ketika di masa jahiliyah ia dijuluki sebagai ath-Thahirah,karena kesucian diri dan lembaran hidupnya. Penduduk Makkah ketika itu mensifatinya sebagai penghulu wanita Quraisy.
Saat itu, Khadijah sedang mencari orang untuk dijadikan sebagai manajer dagangnya. Saat ia mendengar tentang Muhammad bin Abdullah ia langsung tertarik, karena sifat dan sikap yang dimiliki Nabi Muhammad sangat mulia.
BACA JUGA: Ketika Khadijah Bermimpi Memeluk Bintang Orion
Khadijah pun menanyakan kesediaan Muhammad shalallahu ‘alayhi wasallam yang kemudian didampingi oleh pembantunya yang bernama Maisarah.
Dalam perjalanan dagang ke Syam, pembantu Khadijah senantiasa menceritakan bagaimana akhlak Nabi. Jujur, amanah, dan kebenarannya dalam berinteraksi dan berdagang dengan siapapun sangat menarik perhatian semua orang. Bahkan para pedagang Syam pun mencintai dan lebih memilih untuk berniaga dengan Nabi daripada dengan orang lain.
Berita-berita indah inilah yang membuat Khadijah tertarik dengan beliau, yang kemudian Khadijah ada rasa untuk menikah dengan beliau. Khadijah pun menawarkan dirinya kepada Nabi dengan mengutus seseorang yang akan menyampaikan keinginannya tersebut.
Nabi pun memikirkan tawaran ini, beliau dapati bahwasanya Khadijah memang perempuan yang mulia, yang suci hati lagi perilakunya. Nabi pun tidak ragu untuk menerimanya.
Nabi dan Khadijah pun akhirnya menikah. Darinya lahir anak-anak yang bernama, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah az-Zahra, Al-Qasim dan Abdullah.
Khadijah adalah wanita teladan yang memenuhi kewajiban untuk taat kepada suaminya, ia pun selalu mencari keridhaan suaminya.
Khadijah begitu setia menemani Nabi. Tatkala wahyu pertama turun kepada Nabi, Khadijah lah orang sekaligus wanita yang beriman kepada beliau. Khadijah juga lah yang senantiasa membenarkan semua yang diterima Nabi tatkala semua orang mendustakannya.
Khadijah senantiasa meyakinkan Nabi perihal apa yang Allah anugerahkan kepada Nabi semuanya adalah benar, walaupun banyak orang dikala itu mendustakan wahyu yang turun kepada beliau.
Khadijah kemudian menemui dan menanyakan berita ini kepada saudara sepupunya. Waraqah bin Nufail, seorang ahli Taurat dan Injil. Waraqah yang di masa jahiliyah menjalankan agama Nasrani, namun tidak ikut-ikutan menyembah berhala.
BACA JUGA: Nabi Diberitahu bahwa Khadijah Punya Istana di Surga
Waraqah pun membenarkan kabar ini bahwasanya akan ada Nabi yang diutus.
Setelah mendengar kabar ini, Khadijah pulang dan menemui suaminya untuk menenangkannya.
Khadijah segera menyiapkan perbekalan untuk Nabi yang akan menghabiskan bulan Ramadhan di Gua Hira’.
Khadijah pun setia menemani Nabi dan selalu mengunjunginya agar sang suami tidak merasa sendiri dan ketakutan.
Nabi memulai dakwahnya bersama kaum Muslimin yang ketika itu masih sangat sedikit, beliau beserta kaum muslimin memasuki Syi’b Abu Thalib. Kemudian dikepung oleh orang-orang Quraisy, hanya karena mereka mengatakan Tuhan kami adalah Allah dan tidak mau menyembah berhala.
Khadijah pun turut menyertai mereka, merasakan pahitnya lapar dan pedihnya pemboikotan.
Allah ridha kepada Khadijah binti Khuwailid, ia adalah wanita yang senantiasa menemani dan banyak membantu Nabi sejak diturunkannya wahyu lalu kemudian membantu perjalanan dakwahnya.
BACA JUGA: Cinta Nabi pada Khadijah, Tak Lekang oleh Ajal
Khadijah menjadi isteri yang sekaligus menjadi benteng pelindung suaminya, yang kemudian dakwah Islam pun mulai tersebar luas atas izin Allah.
Tidak heran Nabi pun begitu cinta kepada Khadijah, Nabi mengatakan bahwasanya cintanya kepada Khadijah adalah sebuah rezeki dari Allah. []
Sumber: Masyhair an-Nisa’ al-Muslimat, Keistimewaan 62 Muslimah Pilihan., hal 52, 53, 54, 55.