BANYAK guru yang dalam ilmunya, baik akhlaknya dan perhatian dalam kehidupan kita.
Atas kebaikan dan kasih sayang Allah, saya yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa ini, diberi berkesempatan belajar di tiga perguruan tinggi yang ada di negeri ini, dua PTN dan satu PTS. Selama itu pula, banyak guru atau dosen yang terlibat dalam proses pembelajaran di dalamnya. Semuanya istimewa, semuanya luar biasa.
Tapi ada satu yang paling berkesan, unik dan membekas dalam hidup saya. Beliau adalah dosen yang menurut saya sangat elegan dan menawan.
Ini bukan soal gelar dan kedudukan. Meskipun tak dinafikan gelar pendidikannya menunjukan keilmuan yang mapan dan kedudukannya sangat strategis. Tapi bukan ini yang membuat saya terkesan, melainkan akhlak dan kebaikannya.
BACA JUGA;Â Siapa Guru Panutan Anda?
Penampilannya sederhana, lebih sederhana dari mahasiswanya malah. Bicaranya sopan, wajahnya lembut, dan bawaannya ramah. Soal ilmu, jangan ditanya luar biasanya.
Beliau sangat perhatian pada mahasiswa, menghormati dan memuliakan para penuntut ilmu. Kalau memanggil, selalu dengan panggilan yang baik. Selalu pakai sandangan sebelum menyebut nama mahasiswa. Bila mahasiswanya berasal dari Sunda, maka dipanggil kang atau teh; Jawa, mas atau mbak; Sumatera, uda atau uni; dan sebagainya.
Bila mengajar, tak pelit bahan. Wawasannya luas, bahasanya enak, ringan dan mudah dicerna. Bila bimbingan, tak menyulitkan. Yang menakjubkan dan membuat lisan saya berulangkali melafal tasbih, beliau rela menyambangi tempat di mana mahasiswa berada. Demi bimbingan.
Suatu hari misalnya, saya tinggal dan menjadi pelayan masjid kampus. Saat bimbingan beliau rela datang ke masjid demi mahasiswanya yang culun ini. Masyaallah. Suka rela. Yang sejatinya saya yang harusnya datang menghadap beliau ke ruangannya.
Pernah pula bimbingan di Lembang, sengaja, di sebuah rumah makan. Beliau yang bayar, gratis, special buat beberapa mahasiswa yang dibimbingnya.
Mungkin dosen itu modus?
Ada maunya?
Saya kenal beliau, sudah menikah. Suami-istri dosen dua-duanya. Beberapa kali kami terlibat diskusi dengan pasangan dosen suami istri ini.
Dua kali pula beliau datang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga saya, melihat rumah, bersalam sapa dengan orangtua. Yang pertama ke rumah orangtua saya di Ciater Subang, yang kedua ke Majalengka di mana rumah istri dan mertua berada.
Suatu kali, rekening saya yang selalu kerontang jadi ada isinya, entah dari mana, entah siapa pengirimnya. Ternyata beliau yang transfer untuk proses persalinan istri yang sebentar lagi melahirkan. Masyaallah.
Bila bertemu, beliau selalu bertanya kondisi kesehatan mahasiswanya. Bertanya kondisi keluarga di rumah, bahkan menanyai kondisi anak-anak dan istri.
Kalau ditelfon, jangan lama-lama. Kasihan pulsanya habis, kasihan koutanya berkurang. Beliau lebih rela menelfon, mengabari mahasiswa. Karena mahasiswa belum kerja, atau kalau pun sudah kerja kasihan pekerjaannya sedang tidak stabil karena masih kuliah.
Tak perlu bawa-bawa hadiah, tak perlu repot-repot membahagiankan dosen dengan embel-embel materi. Beliau paham kondisi mahasiswanya, beliau sangat respek dan perhatian. Tak ada tinggi hati rasa ingin dihormati, dimuliakan dan diutamakan. Beliau enjoy, beliau biasa saja.
Kalau lama tak bimbingan, beliau akan mengirim pesan, WA, telfon, atau bila kesulitan karena HP mahasiswa tak aktif, beliau akan minta tolong dan berpesan pada mahasiswa lain untuk menghubungi dan menyampaikan maksud pada mahasiswa bimbingannya.
BACA JUGA:Â Jaga Semangat Belajar Siswa, Guru di Balikpapan Keliling Rumah Murid Antar Soal Ulangan
Tak ada urusan menyulitkan mahasiswa, merumitkan kelulusannya. Yang ada justru beliau yang paling semangat agar mahasiswanya berilmu, lulus dengan baik, cepat dan nilai memuaskan.
Ada satu kejadian yang membuat saya merasa berdosa hingga saat ini, beliau menjadwalkan saya sidang cepat, urutan pertama di saat para mahasiswa lain masih bimbingan.
Tapi dengan lancang saya menolak karena alasan belum siap, padahal sejatinya saya sudah ada jadwal naik Gunung Simeru bersama teman-teman. Akhirnya sidang pun diundurkan. Ya Allah, ampuni kejahilan ini.
Saya yakin beliaupun tahu, tapi tak marah. Yang ada adalah doa dan senyum penuh ketulusan.
Karena akhlak menawan inilah yang menjadikan beliau terukir indah di hati para mahasiswa. Saya yakin, bukan hanya saya yang terkesan, tapi banyak pula mahasiswa yang lainnya. Dengan corak dan pengalaman berbeda tentunya.
Tapi soal belajar, jangan pernah main-main. Jangan pernah meremehkan. Jangan pernah memanfaatkan kebaikan guru dengan malas-malasan dan berleha-leha. Jangan pernah kurang ajar pada guru karena memengaruhi berkahnya ilmu.
Hari ini, tertatih-tatih saya meniru kebaikannya. Berusaha baik kepada mahasiswa, meskipun saya belum bisa sebaik beliau yang perhatian, penyayang, dan ikhlas dalam mencerdaskan anak bangsa.
Terakhir, semoga Allah Swt membalas segala kebaikannya. Juga semoga semakin banyak guru dan dosen yang seperti beliau. Yang baik hati, santun, dan lebut hati membersamai para penuntut ilmu menuju kebenaran. Menuju keridhaan Allah Swt.
Teriring doa keberkahan untuk beliau, TK, Ph.D.
Semoga Allah muliakan di dunia dan akhirat.Â
[]