TERKADANG kita sering bingung mengenai ilmu dan amal. Kita harus mengetahui Ilmunya terlebih dahulu atau melakukan amalannya terlebih dahulu? Ini nampaknya seperti orang yang sering bertanya mana yang lebih dulu, ayam atau telur?
Pernyataan ini seperti benar, namun dalam beragama tentu segala amal yang kita lakukan harus ada dalilnya yakni berdasarkan perintah dari Allah dan ada contoh dari Rasulullah. Sebab amal yang tidak berdasarkan dalil akan menjadi perbuatan bid’ah dan ini tidak dibenarkan menurut syariat Islam.
Dengan demikian kita beramal harus berdasarkan ilmu atau dalil yang memerintahkan atau melarang. Silakan perhatikan ayat berikut,
”Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal,” (QS Muhammad 47: 19).
Kalimat Maka ketahuilah… mengisyaratkan bahwa ilmu harus menjadi landasan amal. Atau dengan kata lain, ilmu harus lebih dahulu dibandingkan amal. Penafsiran ini dikuatkan dengan ayat yang pertama kali turun kepada Nabi saw. yaitu, ”Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan… ” (QS Al ’Alaq 96: 1).
Ilmu akan mengantarkan kita pada jalan kebaikan. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu. Niscaya Allah akan mudahkan jalan menuju surga,” (HR. Abu Daud).
Ilmu berfungsi sebagai pemandu bagi amal. Amal yang tidak berlandaskan ilmu, kemungkinan besar tertolak, sebagaimana disabdakan Rasul, ”Siapa yang beramal tapi tidak seperti yang aku perintahkan, maka amalnya tertolak.” Ini isyarat, betapa pentingnya ilmu dalam suatu amal.
Selain ilmu, ada satu lagi yang harus diperhatikan dalam beramal, yaitu ikhlas. Perhatikan ayat berikut,
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah (beribadah) dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus,” (Q.S. Al Bayyinah 98: 5).
Maksud ‘dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya…’, yakni suatu ibadah atau amal harus dilandasi keikhlasan, artinya hanya mengharap ridha Allah.
Jangan lupa, kalau kita hanya bergelut dengan ilmu tetapi miskin dengan amal, itulah yang disebut ilmu yang tidak bermanfaat. Karena itu, walau ilmu harus kita prioritaskan, namun jangan hanya sampai disitu, kita harus berusaha untuk mengamalkan ilmu. Jadi, antara ilmu dan amal terjadi keseimbangan. Rasulullah mengajarkan sejumlah doa agar kita diberi ilmu yang bermanfaat, di antaranya.
”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat,” (H.R. Muslim). ”Ya Allah, berikanlah manfaat kepadaku atas apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku. Serta ajarkanlah kepadaku apa-apa yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku,” (HR. Tirmidzi).
Malik bin Dinar mengatakan, ”Jika seseorang mencari ilmu untuk diamalkan, maka ilmu tersebut akan membahagiakan dirinya. Sedangkan jika dia mencari ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu tersebut akan membawanya pada kesombongan.”[]
Sumber: percikaniman