JAKARTA— Sebuah ledakan bom menghancurkan sebuah masjid Rawda kira-kira 40 kilometer di sebelah barat ibukota Sinai Utara, El-Arish, sebelum orang-orang bersenjata menembaki para jemaah yang berkumpul untuk melaksanakan shalat Jumat.
Setidaknya 184 orang tewas dan 125 terluka dalam serangan tersebut belum terjadi sebelumnya pada sebuah pemberontakan empat tahun terakhir oleh kelompok ekstremis.
Serangan tersebut menjadi salah satu yang paling mematikan di kawasan yang tengah dilanda gejolak pemberontakan ekstrimis tersebut, namun hingga saat ini belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan.
Sejak 2014 tentara Mesir tengah memerangi kelompok yang berafiliasi dengan ISIS dan bermarkas di Sinai, di mana hingga kini milisi tersebut telah menewaskan ratusan polisi dan prajurit.
Media pemerintah menayangkan gambar korban maupun jasad yang ditutupi selimut berlumuran darah di dalam Masjid Al Rawdah di Bir al-Abed, sebelah barat kota El Arish.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, mantan komandan tentara yang menjadikan dirinya sebagai tameng menghadapi milisi Islamis, mengadakan pertemuan darurat dengan jajaran menteri termasuk menteri pertahanan, menteri dalam negeri serta kepala badan intelijen sesaat setelah serangan terjadi, demikian disampaikan laman resmi kepresidenan di Facebook dan televisi pemerintah.
Pemerintah Mesir juga mencanangkan hari berkabung selama tiga hari atas serangan tersebut.
Milisi pemberontak kerap menjadikan pasukan keamanan Mesir sebagai target serangan semenjak memburuknya situasi di Sinai sejak 2013 setelah Sisi yang masa itu menjadi komandan tentara Mesir memimpin penggulingan Presiden Mohamed Mursi, demikian Reuters.[]