Oleh: Rohmat Saputra
Penulis, Anggota Kelas Menulis Islampos
Penyesalan memang datang terakhir. Perbuatan buruk kita hari ini bisa menjadi sesal dikemudian hari. Dari perkara bisnis, belajar, komunikasi dan sebagainya. Tapi dalam masalah dunia, penyesalan tidak begitu bahaya. Bisa dirajut kembali bila bisnis berantakan. Bisa diperbaiki bila interaksi dengan teman buruk.
Namun bila penyesalan itu terjadi di akherat, maka jangan harap kita bakal mengulang kembali apa saja yang bisa diperbaiki. Disana bukanlah seperti di dunia. Disana adalah tempat penyemai. Memanen segala hasil di dunia.
Nasi sudah menjadi bubur, kemudian diberi sliwir-sliwir daging ayam, kuah, daun bawang, seledri hanya berlaku di dunia. Rasa pahit bisa diubah menjadi santapan bergizi dan bernutrisi. Sebesar apapun penyesalannya, bisa diubah dan diatur kembali. Bahkan mampu menjadi motivasi.
Di akherat tidak ada nasi yang sudah menjadi bubur dan diubah lezat. Disana hanya menjadi bubur yang basi, busuk dan beracun. Semua penyesalan akan benar-benar menjadi penyesalan panjang. Setiap orang sibuk dengan amalannya pribadi.
Sabar disana tak akan ada guna. Saat disiksa, sedetikpun tak ada kata jeda.
Sebelum itu terjadi, apa yang seharusnya kita lakukan agar penyesalan tidak kita rasakan? Setidaknya ada empat unsur yang perlu kita ketahui.
Pertama, Jadikan semua kesempatan yang Allah berikan untuk meraup pahala,bahkan dalam bekerja demi menyambung hidup
Semua bisa dijadikan Lillah. Karena sangat rugi jika waktu yang dihabiskan untuk berlelah-lelah mencari maisyah, tapi ternyata nihil dari kebaikan. Seperti seseorang yang tidak beriman yang kehidupannya sempit. Bekerja mati-matian tapi hasil selalu kekurangan. Matipun saat di akherat Allah balas dengan neraka.
“Bekerja keras lagi kepayahan, mereka memasuki api yang sangat panas (neraka)” (QS. Al-Ghosiyah: 3-4)
Disebutkan oleh Ust. Salim A. Fillah dalam bukunya “Lapis-lapis Keberkahan”, seseorang yang bersusah payah dalam mengejar ambisi dunia dan berlelah menggapai keinginan dari kuliah bertahun-tahun. Tidak hanya di Indonesia, bahkan diluar negeri. Tapi hasilnya menjadi penjabat yang korup. Selalu makan uang rakyat.
Jangan sampai lelah kita terbayar dengan apa yang tidak kita inginkan.
Kedua, Kewajiban Yang Allah berikan jangan sampai tergadai hanya dengan alasan sibuk
Ibarat perkara dunia itu hanya selingan sambil menunggu waktu shalat. Jika bekerja sampai meninggalkan kewajiban, berarti lupa siapa yang telah memberi rejeki. Padahal sebenarnya kata sibuk adalah bumbu manis syetan sebagai dalih menghindari kewajiban. Justru kita harus bersyukur dari nikmat-Nya yang masih Dia berikan dengan melakukan apa yang Dia perintahkan.
Ketiga, Perhatikan hal-hal yang bisa menghanguskan pahala
Karena sebanyak apapun amal shalih tapi disisi lain berbuat riya’, syirik, menghina orang lain, dengki dan hasad, maka amal shalih akan hilang seperti kayu yang dibakar api. Ibarat musafir yang sibuk mengumpulkan bekal makanan tapi tidak tahu kalau tempat yang dipakai adalah kantong bolong. Saat ingin menikmati bekal, ternyata isinya sudah habis. Jatuh tercecer dijalanan.
Jika kita tidak memperhatikan amalan apa saja yang bisa menghanguskan amal, maka sangat khawatir kalau-kalau apa yang sudah kita lakukan bisa berguguran. Hilang tanpa jejak, hangus tanpa sisa.
Keempat, selalu instropeksi diri dan bertaubat
Instropeksi ibarat mengedit tulisan yang sudah rampung. Butuh diedit kembali agar mengurai kesalahan kata dan kalimat yang tidak pas dan tidak enak dibaca. Dengan adanya instropeksi berarti membuka lembaran kembali apa saja yang sudah dilakukan. Jika sebelumnya langkah penuh salah dan dosa, maka bisa langsung memohon ampun kepada-Nya. Dan jika penuh pahala, berharap kepada Allah supaya amalan itu diterima dan diberi istiqomah dalam menempuhnya.
Setidaknya dengan 4 langkah diatas bisa membantu kita agar tidak ada penyesalan diantara kita dengan akherat. Bubur lezat hanya ada di dunia. Disana hanyalah bubur basi, beracun dan penuh penyesalan panjang. Mari perbaiki tindak tanduk kita di dunia, sebelum kematian menjemput kita kapan saja dan dimana saja. []