SEBELUM menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memang dekat dengan Israel. Sebelum dan ketika masa kampanye, Trump kerap mengelu-elukan Israel dan Yahudi. Selain itu, Trump juga dikenal sebagai sosok yang anti terhadap Islam.
Buktinya, ketika terpilih sebagai presiden AS, Trump memberlakukan larangan masuk bagi warga Muslim ke AS sehingga memunculkan reaksi dari negara-negara mayoritas Muslim.
Dan kini sebagai ‘bukti cinta’ kepada Israel , Trump mendeklarasikan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan relokasi kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada pidatonya di Gedung Putih, Rabu (6/12/2017). Sontak pengakuan Trump ini kembali memunculkan ketegangan dan kemarahan tidak hanya dari umat Muslim, tapi juga seluruh dunia. Bahkan deklarasi Trump ini disebut-sebut sebagai deklarasi perang terhadap umat Islam.
Ketika masa kampanye, Trump secara konsisten sangat mendukung posisi Israel pada banyak isu penting, termasuk kesepakatan nuklir Iran dan hubungan Israel-Palestina. Dia juga mengkritik Presiden Barack Obama atas sikapnya terhadap Israel dan dengan hangat memuji Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Sebagai salah satu kartu trufnya, Trump diyakin tengah memainkan retorika pro-Israel. “Mereka (Israel) selalu ada untuk kami dan kami harus berada di sana untuk mereka,” katanya. “Mereka adalah satu-satunya demokrasi yang stabil di daerah yang tidak dijalankan oleh diktator. Mereka adalah pelopor dalam bidang kedokteran dan komunikasi dan mitra dagang yang adil. ”
Dan, seperti ayahnya, ujarnya sendiri, ia selalu setia kepada Israel dan “akan berbuat lebih banyak untuk Israel ketimbang orang lain.”
Trump menyoroti fakta bahwa ia menjabat sebagai grand marshal untuk parade Israel di New York pada tahun 2004 dan bahwa ia telah menerima banyak penghargaan dari organisasi Yahudi Amerika atas dukungan dari Israel. Februari 2017 silam, saat menerima penghargaan tersebut dari Algemeiner, sebuah organisasi berita Yahudi, ia berkata, “Kami mencintai Israel. Kami akan berjuang untuk Israel 100 persen, 1.000 persen. Perjuangan itu akan ada selamanya.”
Pada tanggal 16 Juni 2017, ketika ia mengumumkan pencalonannya, Trump dengan keras menyerang kesepakatan nuklir Iran seraya menyebutnya sebagia “bencana” yang bisa mengancam kelangsungan hidup Israel.
Selain itu, Trump juga memiliki hubungan pribadi yang erat demgam Netanyahu. Sebelum pemilu Israel 2013, Trump merekam sebuah video berisi pesan 30 detik mendukung pemimpin Likud itu. “Kalian benar-benar memiliki seorang sosok perdana menteri besar dalam diri Benjamin Netanyahu. Dia adalah pemenang, dia sangat dihormati, dia sangat memikirkan semuanya. Pilihlah Benjamin—pria hebat, pemimpin yang hebat, agung untuk Israel,” puji Trump.
Setelah Obama, Netanyahu jelas lebih senang melihat Trump berada di Gedung Putih. Maskipun, mengingat karakter dan posisinya yang melulu kontroversial, Donald Trump kini benar-benar menjadikan Israel sebagai mitra terbaiknya. []