SEBELUM jadi seorang mualaf, Marcos biasa menghina orang Islam yang melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan. “Mereka menyiksa tubuhnya sendiri dengan berpuasa,” kenang Marcos.
Tinggal di UAE selama sembilan tahun, Marcos mengingat hari-hari di bulan Ramadhan sebagai mimpi buruk.
“Bagi saya dan rekan-rekan saya, Ramadhan adalah mimpi buruk. Ini adalah bulan di mana kami semua terbatas hanya di rumah saja karena semua bar ditutup,” tuturnya.
“Ini bukan satu-satunya hal yang saya benci tentang puasa Ramadhan, tetapi juga pengobatan yang sulit untuk tubuh dan jiwa. Saya dulu percaya tubuh memiliki keinginan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, saya merasa bahwa puasa adalah penyiksaan yang tidak bisa dibenarkan dan tidak logis,” ujar pria asal seorang Filipina ini kepada Arab News.
Tapi kemudian Marcos menemukan Islam setelah berdiskusi panjang dengan teman sekamarnya, seorang muslim. Dan kemudian, pandangannya soal puasa berubah total.
“Setelah Allah membimbing saya untuk Islam dan setelah berpuasa beberapa hari di bulan Ramadhan, saya menemukan bahwa semua ide saya sebelumnya tentang hak-hak tubuh seseorang tidak benar dan bahwa meluruskan tubuh kita setahun sekali adalah kebijaksanaan yang agung,” kata Marcos yang kemudian mengganti namanya menjadi Moamen—atau Ahmad Amen.
“Itulah mengapa Allah memerintahkan kita untuk berpuasa satu bulan dalam setahun dan tidak sepanjang tahun.”
“Puasa membawa Muslim lebih dekat kepada Allah. Saya tidak melebih-lebihkan jika saya mengatakan bahwa saya merasakan ketenangan yang belum pernah dirasakan di sepanjang hidup saya,” Moamen menyimpulkan. []