Oleh: Rendi Cahya Pratama
MENCARI ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Setiap muslim pasti bersemangat dalam mencari ilmuNya, karena ada banyak keutamaan/ganjaran pahala yang begitu baik dari Alloh SWT. Namun terkadang para pencari ilmu lupa atau kurang memperhatikan, bahwa dalam mencari ilmu itu mesti dengan adab dan niat baik.
Karena ada ancaman dari Alloh bagi pencari ilmu yang tidak membuahkan manfaat atau sia-sia, yang mencari ilmu hanya kerena gelar dunia (ingin dilihat makhluk dan mendapatkan materi) kemudian pada akhirnya dikhawatirkan malah membuat pemikiran yang nyeleneh atau menyimpang dari syariat Islam. Nauzubillahiminzalik.
Oleh karenanya bagi setiap pencari ilmu wajib berusaha untuk mensucikan hatiNya dari segala kotoran dan kedengkian.
Imam An-Nawawi ra dalam mukaddimah Syarh Al-Muhadzdzab berkata: “Seyogyanya bagi seorang penuntut ilmu mensucikan hatinya dari kotoran-kotoran sehingga ia layak menerima ilmu, menghafal, dan memanfaatkannya.”
Karena bertambahnya ilmu bagi seorang pendengki itu akan sia-sia atau bahkan menambah dosa (dosa yang terus mengalir).
BACA JUGA: Harta dan Ilmu
Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberi perumpaan yang sungguh indah tentang hati yang kotor. Beliau mengatakan, “Jika seseorang datang dengan membawa sebuah wadah kotor untuk diisi madu di dalamnya, maka orang yang akan membeli madu tersebut pasti akan berkata, Cucilah terlebih dahulu wadah yang kotor ini, baru kamu isi dengan madu.”
Atau seperti halnya buah yang sangat pahit (dengki) diletakan dalam sebuah wadah (hati) kemudian diisi air (ilmu) maka akan tambah penuh wadah itu dengan kepahitan.
Kata Imam Abdulloh, “Dalam masalah dunia saja, wadah yang kotor perlu dibersihkan, maka bagaimana dapat rahasia-rahasia ilmu Alloh itu justru diletakkan di dalam hati-hati yang dekil?”
Adab pertama ini merupakan langkah awal bagi para pencari ilmu, tak terkecuali bagi para guru, untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang malah menjadi penghalang masuknya ilmu dalam sanubari.
Ilmu tidak terletak pada ijazah, raport, dan gelar akademik semata, tapi pada manfaat dan amal sebagai buahnya ilmu. Dan, itu tak akan mungkin terwujud tanpa hati yang bersih.
Selanjutnya adalah menurut Habib Zain, ikhlas karena Allah SWT di dalam mencari ilmu. Seseorang tidak diperkenankan mencari ilmu dengan kemuliaan diri yang melekat, Seorang pencari ilmu mesti ikhlas karena Allah SWT. Dengan modal ikhlas tersebut, ia berusaha membuat hati gurunya ridho mengangkat dan mengakui sebagai murid setianya.
Bahwa pencari ilmu mesti menanggalkan kebanggaan nasab, kedudukan, dan harta yang ia miliki. Ia lepaskan demi terjun secara total meraih ilmu lewat para guru dan ulama yang istiqomah (bersih hatinya dari kecintaan duniawi) dengan penuh keikhlasan kepada Allah SWT.
Dan selanjutnya yang harus ada pada diri penuntut ilmu adalah mengambil faedah (manfaat) di mana saja berada. Pencari ilmu mesti jeli melihat, mengamati, dan meraih manfaat dari tiap jengkal langkah hidupnya. Tidaklah berlalu sedikitpun dari umurnya, kecuali ia isi dengan kemanfaatan.
Kemudian yang disebutkan oleh Habib Zain adalah bersikap sederhana dalam mengonsumsi makanan dan minuman sewajarnya (tidak berlebih-lebihan), khususnya bagi pencari ilmu.
Karena Ilmu tidak akan diperoleh bagi orang yang makan hingga kekenyangan.
Dalam wasiat penuh hikmah dari Lukman Al-Hakim kepada putranya, ia berkata: “Wahai anakku, jika perut telah terisi penuh, maka pikiran akan tertidur, hikmah akan berhenti mengalir, dan badan akan lumpuh dari beribadah.”
Imam Syafi`i berkata, “Aku tidak pernah merasa kenyang sejak enam belas tahun silam. Karena kekenyangan itu membebani badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, membuat kantuk, dan melemahkan orang tersebut dari beribadah.”
Atas dasar semua itu, Ambilah ilmu yang hendak kita miliki sebanyak-banyaknya dari siapapun (orangtua/anak kecil) selama itu mengajak kita semakin merenung, sujud, juga semakin takut pada Alloh ta’ala (tawadhu) maka itulah ilmu yang bermanfaat.
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu yang dapat melahirkan rasa takut kepada Alloh adalah ilmu yang paling baik.” (Ibnu Athoillah as-Sakandari)
BACA JUGA: 5 Fakta Ilmiah dalam Alquran yang Baru Ditemukan oleh Ilmuwan Modern
Demikian etika/adab bagi para pencari ilmu, kemudian janganlah kita lupa dari adab, Karena dengan adab ilmu menjadi baik dan berkah untuk semua.
Mohon maaf lahir dan batin jikalau ada kata yang menyinggung, atas segala kekurangan juga keterbatasan sekali lagi saya memohon maaf,
“Semoga Alloh senantiasa membersihkan hati kita juga menetapkan hati kita semua dalam ketaatan pada-Nya (iman Islam), serta dimudahkan mengambil hikmah pelajaran dalam mengingat kebesaran Alloh ta’ala di alam semesta ini, dan menjadikan ilmu kita bermanfaat pada saat dunia dan utamanya untuk bekal nanti di akhirat.” Aamiin Allohumma Aamiin. []