ALLAH SWT memerintahkan pada hamba-Nya untuk melaksanakan tayamum ketika seseorang hendak melaksanakan shalat dan butuh air, namun ia tidak juga mendapatinya. Namun ternyata tidak sembarang tanah yang dapat digunakan untuk bertayamun sebagai pengganti air.
Berikut jenis-jenis tanah yang dapat dan tidak boleh digunakan yang telah dikatakan Imam Syafi’i. Allah SWT berfirman pada ayatnya, “Maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih),” (QS. Al Maa’idah[5]: 6).
1. Setiap sesuatu yang dinamakan sha’id (tanah) yang tidak bercampur dengan najis, maka dia adalah tanah yang baik (sha’id thayyib) yang boleh dipakai untuk bertayamum. Sebaliknya, setiap sesuatu yang terhalang untuk dinamakan tanah, maka ia tidak boleh dipakai untuk bertayamum, dan lafazh sha’id tidaklah digunakan kecuali untuk tanah yang berdebu.
BACA JUGA: Tata Cara Tayamum Yang Benar Sesuai Tuntunan Rasul
2. Tempat yang dilalui air hingga meninggalkan batu-batu kerikil, baik batu-batu tersebut tebal atau tipis atau batu pipih yang tebal, tidak dapat dinamakan sha’id (tanah). Apabila bercampur dengan tanah atau lumpur kering, maka yang bercampur itu dinamakan sha’id. Apabila ia menyentuhnya dengan kedua tangannya lalu debu itu melekat padanya, maka ia boleh bertayamum dengannya. Namun jika tidak melekat, maka tidak boleh bertayamum menggunakannya.
3. Apabila seseorang mengambil debu dari dinding, maka ia boleh bertayamum dengannya. Apabila debu itu bercampur dengan kapur, jerami halus, tepung gandum dan yang lainnya, lalu menggunakannya untuk bertayamum, maka ia tidak boleh bertayamum sampai debu itu tidak tercampur dengan sesuatu apapun.
4. Apabila batu, tembikar, atau hancuran marmer ditumbuk halus hingga menjadi seperti debu, maka tidak boleh bertayamum dengan benda-benda ini.
5. Tidak boleh bertayamum dengan tawas, dzarirah (sejenis harum-haruman), kemenyan, serbuk kayu, serbuk perak atau sejenisnya.
BACA JUGA: Video Tata Cara Tayamum sesuai Sunah Rasul
6. Tidak boleh bertayamum dengan tanah kuburan yang bercampur dengan nanah orang meninggal, daging serta tulang-belulang mereka.
7. Tidak boleh bertayamum dengan debu kuburan, karena mayit tetap ada dan tidak dapat dihilangkan oleh air, sebagaimana air menghilangkan debu.
Sumber: Ringkasan Kitab Al Umm/ Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris/Pustaka Azzam/Jakarta 2004.