PADA masa kekhalifahan Umar bin Al-Khaththab, yang berlangsung selama sekitar sepuluh tahun, Islam semakin mengepakkan sayapnya, sehingga berhasil memasuki berbagai kawasan yang sebelumnya berada di bawah naungan Kekaisaran Romawi dan Persia. Selain itu, pada masa pemerintahannya pula, sistem administrasi pemerintahan yang rapi mulai diperkenalkan.
Tokoh yang terkenal pemberani ini ikut terlibat dalam pelbagai pertempuran dan peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah Saw. Selain itu, dia juga menjadi salah seorang tangan kanan beliau.
BACA JUGA: Rasulullah: Ya Allah, Muliakan Islam dengan Salah Satu dari Dua Umar
Pada Ahad, 1 Muharram 24 H/7 November 644 M, Umar bin al-Khaththab wafat. Setelah 13 hari sakit karena luka parah setelah ditikam oleh Abu Lulu’ah (Fairuz). Kemudian Umar dimakamkan di samping makam Rasulullah dan Abu Bakar Al-Shiddiq.
Menjelang wafat, Umar menyampaikan pesan terakhir kali agar diadakan permufakatan di antara enam sahabat untuk menentukan khalifah ketiga. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Sa`d bin Abu Waqqash, Thalhah bin Ubaidullah, dan Abdurrahman bin Auf.
Akhirnya, berdasarkan kemufakatan mereka, Utsman bin Affan yang diangkat sebagai khalifah ketiga. Umar kemudian menyampaikan pesan mengenai kepemimpinan, “Ada empat ragam penguasa:
Pertama, penguasa kuat yang mampu mengendalikan dirinya dan pegawai-pegawainya. Ini adalah penguasa yang berjuang di jalan Allah dan tangan (kekuasaan) Allah terhampar atas dirinya dengan rahmat-Nya.
BACA JUGA: Keutamaan Umar bin Khattab yang Langsung Disebutkan Nabi
Kedua, penguasa lemah yang mampu mengendalikan dirinya sendiri, tapi membiarkan pegawai-pegawainya berbuat seenaknya karena kelemahannya. Ini adalah penguasa yang berada di tebing jurang kebinasaan, kecuali jika Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya.
Ketiga, penguasa yang mampu mengendalikan pegawai-pegawainya dan membiarkan dirinya berbuat seenaknya. Penguasa ini adalah bahaya yang menghancurkan.
Keempat, penguasa yang membiarkan dirinya sendiri dan pegawai-pegawainya berbuat seenaknya, sehingga semuanya binasa.” []
Sumber: Pesan Indah dari Makkah dan Madinah/ Penulis: Ahmad Rofi’ Usmani/ Penerbit: Mizan/ 2008