Oleh: Achmad Tuqo Syadid Billah
AIR mata memang ibarat hujan yang jatuh dari langit pada lahan hati yang tandus, gersang, dan kering kerontang. Ia bisa melunakkan hati dan jiwa yang keras membatu, hingga perlahan lunak dan menjadi peka terhadap segala pemberian Allah dan segala episode-Nya yang Maha Indah.
Dalam Islam, air mata sangat berharga nilanya saat penyesalan (taubat), kerinduan pada manusia-manusia yang tawadhu’. Menyiram kegersangan tanah hati dan jiwa, serta qalbu yang gersang dengan berbagai nista hingga perlahan pupus bagaikan debu-debu yang hanyut terbawa arus oleh butiran-butiran do’a yang dimunajatkan pada-Nya.
Mahal… sungguh sangat mahal harganya tetesan air mata yang mengalir saat khusyu’ menghadap-Nya, bahkan salah satu dari tetesan air mata yang disukai oleh Rasulullah SAW adalah air mata yang mengalir karena takut dan rindu kepada Allah SWT.
Beliau, kekasih Allah, merengguk, menumpahkan air mata beliau karena penuh harap untuk berjumpa dengan-Nya, meskipun Beliau sudah dijamin kedudukannya di sisi Allah dan tergolong makhluk yang mulia di mata peduduk langit dan penduduk bumi. Lalu, bagaimana dengan kita?
Sekali lagi, bagaimana dengan kita? Tatkala kita terlahir dalam keadaan menangis, orang-orang di sekeliling kita justru bahagia karena menyambut kelahiran kita di dunia. Namun orang-orang yang kita tinggalkan menangis pilu saat kita tutup usia. Saat itu, apakah kita juga turut menangis ataukah tersenyum bahagia karena akan berjumpa dengan Allah?
Adakah amal kita lebih banyak dari dosa kita yang berserakan di setiap jengkal kehidupan yang kita pijak? Adakah amal kita lebih besar dari gunungan dosa yang kita buat dalam setiap detik waktu yang Dia hadirkan? Dan adakah amal kita berumur panjang dari umur kita hidup di dunia yang sangat singkat ini? apakah prestasi kita hanya lahir, hidup, lalu mati dan dilupakan orang, bahkan oleh orang-orang terdekat kita? Lalu setelah itu pasrah, rebah di atas bantalan tanah dan cemas menanti pengadilan hakiki yang pasti tiba. Laa haula wa laa quwwata illaa billah.
Wahai saudaraku, semoga Allah SWT menjadikan air mata yang jatuh di sudut-sudut mata kita menjadi air mata yang berharga di pandangan-Nya, menjadi air mata taqwa yang dapat membersihkan hati yang pekat dan penuh karat maksiat menjadi hati yang mudah dimasuki cahaya Ilaahi Rabbi. Semoga air mata kita kelak tidak menjadi tetesan darah karena letihnya berteriak di depan pintu surga yang tertutup rapat di hari pembalasan kelak.
Sungguh, air mata kita di dunia adalah lebih baik daripada menangis di akhirat nanti. Menangislah sebelum datang hari dimana kita akan ditangisi, karena itu pasti terjadi. Dan ingat, sebaik-baik air mata adalah air mata Taqwa yang datang dari hati, yang datang dari rasa cinta kita pada Yang Memberi Cinta, Allahu Rabbul ‘Izzati. []