Oleh: Bagas Triyatmojo
TENTU kita ingin berubah menjadi lebih baik dalam setiap waktunya. Terkadang, ada semangat untuk mempercepat proses itu. Tidak salah, sama sekali tidak salah. Namun mungkin sesekali kita perlu ingat, bahwa terlalu cepat berlari, besar kemungkinan kita jatuh. Atau dipaksa cepat berlari, tetiba pingsan dan terjatuh.
Menjadi baik itu baik. Cepat menjadi baik pun begitu. Namun kita perlu mengenali diri kita sendiri, seberapa cepat kita mampu berubah baik.
Sebelumnya jarang tilawah, kini mendadak satu hari 2 juz. Sebelumnya jarang sholat sunnah, kini satu pun tidak ada yang terlewat. Sebelumnya jarang hadir kajian, kini selalu hadir dalam setiap kajian, sekalipun tempatnya jauh. Itu baik, sungguh sangat baik, bila kita mampu bertahan istiqomah seperti itu.
Namun tidak jarang, perubahan yang terlalu cepat membuat kita lelah, perubahan yang terlalu dahsyat membuat kita patah. Ibarat kayu yang bengkok, ingin kita luruskan seketika dengan segenap kekuatan, Patah.
Kita perlu mengenali diri, seberapa cepat kita sanggup berubah, seberapa mampu kita keluar dari kebiasaan yang lama.
Bukan, bukan menyarankan agar lambat dalam menuju kebaikan. Tapi jalankanlah perubahan dengan langkah yang kita nyaman untuk menapakinya.
Sehingga perubahan pun tidak berat terasa, lebih kokoh tertanam dalam jiwa, lebih kuat membekas dalam keseharian kita. dan kita mampu istiqomah menapaki jalanNya. []