TANYA: Seberapa pentingkah adab dan mengapa adab lebih didahulukan dibandingkan ilmu?
JAWAB: Adab adalah sesuatu yang spesial dalam syariat kita. Kenapa disebut spesial? Karena adab atau akhlaq mulia merupakan salah satu sebab diutusnya Nabi SAW:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemulian akhlak.” (HR Ahmad dalam Al-Musnad 8729 dan Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrad 273)
BACA JUGA: 5 Adab Makan yang Sering Dilupakan
Syeikh Sholih Al-‘Ushoimi mengatakan tentang makna adab, “Apa-apa yang dipuji oleh syariat dan adat”
(Syarh Al-Adaabu Al-‘Asyaroh)
Syeikh Muhammad Kamil juga menjelaskan hal yang senada, “Terkumpulnya tabiat baik dalam diri seseorang, yakni keindahan seseorang secara dzohir maupun batin”
Selain itu adab juga perkara yang senantiasa dikaitkan dengan ilmu, sebab adab merupakan buah dari ilmu yang bermanfaat. Syeikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rah berpesan, “Seorang penuntut ilmu, jika tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, maka tidak ada faidah menuntut ilmunya.” (Syarhul Hilyah Fii Thalabul Ilmi 7)
Banyak Ulama yang mengaitkan adab dengan ilmu, bahkan mendahulukannya. Salah satunya adalah Imam Malik yang mengisahkan nasihat ibunda beliau agar mempelajari adab sang guru sebelum mengambil ilmu darinya. Ibu (ku) pernah mengatakan: “Pergilah kepada Rabi’ah (guru Imam Malik), Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya.” (‘Audatul Hijaab II/207)
Karenanya sangat pantas ketika para salafus sholih menegaskan bahwa adab lah yang akan memudahkan kita dalam memahami ilmu “Dengan memelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”
BACA JUGA: Adab Menyampaikan Nasihat
Lalu, apakah kita hanya mempelajari adab sebelum menuntut ilmu saja, dan tidak belajar adab lagi setelahnya? Tidak, sebab adab adalah bagian dari ilmu itu sendiri yang tidak ada kata finish dalam memelajarinya.
Imam Adz-Dzahabi rah menceritakan, “Dahulu yang menghadiri majelis Imam Ahmad kurang lebih 5000 orang. 500 orang di antaranya menulis, sedangkan sisanya mempelajari dan mengambil adab darinya (Imam Ahmad)”
(Siyaru A’lami An-Nubala’ 21/373).
Besarnya perhatian terhadap adab ini bukanlah tanpa alasan, justru sebuah kerugian bagi seorang hamba -khusunya penuntut ilmu- ketika meremehkan adab atau akhlak mulia. Nabi SAW bersabda;
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ
“Tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat nanti daripada akhlak yang mulia. Sejatinya Allah sungguh membenci orang yang berkata kotor lagi jahat.”
[Shahiihu Al Jaami’ 5632]
[]
SUMBER: BIMBINGAN ISLAM