Oleh: Ana Nazahah
Revowriter Aceh
shafiyaana@gmail.com
SETIAP mendengar pengumuman lewat toa Masjid dekat rumahku, aku selalu was- was. Dalam hati aku terus bertanya, sembari menyimak seksama, “Kali ini, nama siapa yang disebut?”
Dan begitupun Subuh kemarin, selepas shalat berjamaah, takmir Masjid mengumumkan berita duka itu. Aku menghentikan segala aktivitasku, memasang pendengaran sebaik mungkin. Dan betapa terkejutnya aku, kali ini nama yang disebut adalah sahabat kecilku.
Terakhir aku melihatnya adalah beberapa tahun yang lalu. Sebelum dia ke negeri seberang ikut suaminya. Sungguh tak kusangka, itu pertemuam terakhirku dengannya. Saat itu, jenazahnya sedang dipulangkan dari Malaysia menuju Aceh.
BACA JUGA: Tafsir Mimpi Melihat Kematian Menurut Ibnu Sirin
Begitupun pagi ini, masih di waktu yang sama sebakda subuh, takmir Masjid kembali mengumumkan hal yang sama. Kembali dadaku bergemuruh, Kali ini siapa ya Allah! yang Engkau jemput mendahului aku? Terdengar nama yang asing di telingaku.
Lalu ibu yang sedang berdiri di sampingku, yang sedang menyimak hal yang sama menyebut satu nama, “Ayah M, itu.” Innalillahi wainnailaihi rajiun. Yang meninggal dunia itu ayah teman satu sekolahku. Tentu aku mengenal pak cik itu, hanya tidak tau nama lengkapnya.
Ah, ajal memang tidak melihat tua atau muda. Jika sudah tiba waktunya, maka tak ada yang mampu menghentikannya, barang sedetik pun. Ajal akan menjemput siapa saja, makhluk di atas dunia. Dan termasuk aku.
Firman Allah SWT : “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. an-Nisa’: 78)
Tak terasa air mataku meleleh, antara sedih ditinggalkan teman. Juga takut saat mengingat begitu banyak dosaku. Suatu hari nama yang diumumkan itu adalah namaku. Aku mungkin tak lagi mendengarkan, karena urusanku lebih sibuk dari itu, persiapan di alam kubur yang berat. Ya Rabbi, betapa belum siapnya aku.
Ya, jika berpikir ke arah sana, dengan yakin aku katakan aku belum siap. Amalku masih sangat sedikit. Apalagi jika membayangkan suasana di alam kubur yang mengerikan. Sempit, pengap, lembab, lagi berteman binatang tanah.
Memang benar alam kubur belum menentukan seseorang berada di surga atau Neraka. Namun di alam kubur pun Allah akan membuat jiwa-jiwa pendosa menderita. Hal ini tidak lain karena dosa yang dilakukan saat hidup di dunia.
…”Kemudian disempitkanlah kuburnya hingga tulang-tulang rusuknya saling berhimpitan. Setelah itu, maka datanglah seseorang yang buruk wajahnya, jelek pakaiannya, lagi busuk aromanya.
Kemudian Ia berkata: “Berbahagialah engkau dengan sesuatu yang hendak menyiksamu. Inilah hari di mana dahulu engkau dijanjikan dengannya (ketika di dunia)”.
Kemudian Ia bertanya: “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan keburukan. Kemudian Dia menjawab: “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu kemudian dia berkata: “Wahai Rabbku, janganlah Engkau datangkan hari kiamat”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasa’i dan Al-Hakim).
Tidak cukup dengan siksa di alam Barzah, jiwa-jiwa pendosa pun akan digiring, dengan penuh kehinaan, di Padang Mahsyar dengan merasakan panas menyengat. Hampir-hampir mereka tenggelam oleh keringat yang keluar dari pori-pori mereka.
“Matahari akan didekatkan dengan makhluk pada hari kiamat sehingga jaraknya satu mil. Ketika itu, manusia berkeringat sesuai dengan amalnya. Di antara mereka ada yang berkeringat sampai ke mata kaki, ada pula yang sampai ke kedua lutut, ada yang sampai ke pinggangnya dan ada yang tenggelam oleh keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan tangannya ke mulutnya. (HR. Muslim).
BACA JUGA: Catatan tentang Ajal dan Bulan Sya’ban
Sampai di sini, tidakkah ingatan akan kehidupan setelah kematian itu membuat kita ngeri. Alangkah baiknya ingatan itu mampu mendorong manusia untuk segera bertaubat. Berhenti dari maksiat. Sebelum hari itu datang, saat penyesalan sudah tak berguna lagi.
Allah SWT berfirman : “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (QS. al- Fajr 23- 24). []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.