AIB tentu merupakan suatu hal yang sangat memalukan jika sampai diketahui oleh orang lain. Aib bisa menjadi corengan di wajah kita, meski itu tak kasat mata. Tapi, ketika orang lain mengetahui aib itu, maka sungguh malulah diri kita. Dan tentu kita akan merasa terhina. Maka, di sinilah kemurahan Allah SWT. Dia akan menutup aib setiap manusia. Tetapi, kalau pun diketahui oleh orang lain, maka itu karena kesalahannya sendiri –mengungkapkannya sendiri.
Ketika ada sesuatu yang mengganjal dalam hati, tentu kita tidak bisa memendamnya seorang diri. Nah, biasanya teman adalah orang yang tepat untuk mencurahkan segala isi hati. Maka, dalam hal ini, agar aib kita bisa terjaga dengan baik, pilihlah teman yang baik pula. Pilihlah teman yang bisa menunjukkan aib kita dengan tidak menampakkannya pada orang lain. Dan teman yang bisa mengarahkan kita untuk memperbaiki aib tersebut.
Alangkah indahnya ketika seorang teman memberikan hadiah kepada Anda dengan menyebutkan aib diri Anda, sehingga Anda bisa memperbaiki diri Anda. Oleh karena itu, Umar bin Khaththab mengatakan, “Semoga Allah memberikan rahmat kepada seorang yang telah memberikan hadiah kepadaku tentang aib diriku.” Salah seorang berkata, “Temanmu adalah orang yang setiap engkau bertemu dengannya ia menemukan aib pada dirimu. Itulah yang lebih baik daripada teman yang setiap engkau bertemu dengannya ia memberimu satu dinar di tanganmu.”
Tentu orang yang memberikan bimbingan kepada Anda tentang aib diri Anda lebih baik daripada orang yang akan menenggelamkan diri Anda dengan harta dan kekayaan. Kata Hatim Al-Asham, “Jika kamu melihat aib pada diri temanmu dan engkau sembunyikan, kamu telah berkhianat. Jika kamu katakan aib itu kepada orang lain, kamu telah menggunjing dirinya. Jika kamu sampaikan kepadanya, kamu telah menakutinya. Berlemah lembutlah dalam menasihatinya. Beritahulah tentang aibnya dan jangan engkau lakukan di hadapan orang lain.”
Imam Syafi’i berkata, “Barangsiapa menasihati saudaranya ketika sendirian, berarti ia mencintainya. Barangsiapa menasihatinya dalam keramaian, berarti ia membongkar aib dan mengkhianatinya.”
Pujangga berkata, “Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri dan jauhilah menasihatiku di tengah keramaian sebab memberi nasihat di hadapan mereka berarti penghinaan bagi diriku ini, yang aku tidak suka mendengarkannya.”
Loenardo da Vinci berkata, “Celalah temanmu dalam keadaan sendirian dan sanjunglah ia di hadapan orang lain.”
Jagalah kehormatan saudara Anda. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa menjaga kehormatan saudaranya, Allah akan menyelamatkan wajahnya pada hari kiamat dari api neraka,” (HR. At-Tirmidzi).
Wajib bagi Anda untuk menutup lembaran kesalahan teman Anda sehingga ia tidak merugi. Berkata seorang penyair, “Kututup mataku dari keburukan saudaraku, takut aku hidup tanpa teman.”
Khalid bin Shafwan ditanya, “Siapa saudaramu yang paling engkau cintai?” Ia menjawab, “Orang yang memaafkan kesalahanku, menerima alasanku dan meluruskan kesalahanku.” Socrates berkata, “Mudah sekali berkorban untuk seorang teman, tetapi sangat sulit menemukan teman yang pantas untuk berkorban deminya!” []
Referensi: Bermalam di Surga/Karya: Dr. Hasan Syam Basya/Penerbit: Gema Insani Jakarta 2015