MENANAM pohon bukan sekadar hobi “hijau”; ia layak disebut sedekah oksigen karena menghadirkan udara bersih bagi seluruh makhluk. Dalam hadis riwayat Ahmad, Nabi ﷺ menegaskan: meski kiamat tiba, bila di tanganmu ada bibit, tanamlah. Amanat itu mengubah aktivitas bercocok tanam menjadi ladang pahala tak terputus (amal jariyah).
Makna Sedekah Oksigen
Manusia menghirup oksigen ± 20.000 kali sehari. Setiap tarikan napas bergantung pada fotosintesis pohon yang menyerap CO₂ dan melepas O₂. Ketika seorang mukmin menanam bibit, ia “mensedekahkan” oksigen gratis sepanjang usia pohon—pahala terus mengalir selama daun tetap berfotosintesis.
BACA JUGA: 7 Fakta Tentang Oksigen yang Jarang Diketahui
Dalil Qur’an & Hadis
‣ QS Ar‑Rum (30:41) menyebut kerusakan di darat dan laut akibat ulah manusia, menuntut aksi perbaikan.
‣ Rasulullah ﷺ bersabda, “Tak seorang Muslim pun menanam pohon, lalu makhluk memakan darinya, melainkan dicatat sedekah baginya.” (HR Bukhari).
Teks‑teks ini memadukan kewajiban ekologis dengan janji pahala abadi.
Krisis Lingkungan Indonesia
Deforestasi 9,4 juta ha (2001‑2023) memicu asap dan banjir; Jakarta, Surabaya, Medan kerap melewati ambang PM2.5 WHO. Konteks ini menjadikan penanaman pohon bukan sekadar sunnah, melainkan solusi mendesak bagi kesehatan publik dan krisis iklim.
Amal Jariyah dalam Fiqih
Ulama menjelaskan tiga amal jariyah: sedekah bermanfaat, ilmu, dan anak saleh. Pohon memenuhi kriteria pertama; buah, keteduhan, penyerapan karbon, hingga penahan erosi menghadirkan manfaat dunia‑akhirat yang bergulir tanpa henti.
Manfaat Biologis Pohon
Satu trembesi dewasa menyerap ± 28 ton CO₂ per tahun dan memproduksi ± 120 kg O₂—cukup bagi dua orang. Akarnya meningkatkan infiltrasi air hingga 60 %, menekan banjir, sedangkan tajuknya menurunkan suhu mikro‑klimat sekitar 3 °C.
Dimensi Sosial‑Ekonomi
Program reboisasi di Lombok Timur (2019) menaikkan pendapatan warga 40 % via agroforestri (kopi, kakao, madu). Sedekah oksigen juga sedekah ekonomi: memberdayakan masyarakat sembari memulihkan ekosistem.
Langkah Praktis Menanam
‣ Niat lillāh, baca Bismillāh saat menanam.
‣ Pilih bibit lokal: trembesi, sengon, mangrove, atau pohon buah.
‣ Tempatkan di bantaran sungai, halaman masjid, lahan gersang, atau pekarangan.
‣ Rawat enam bulan pertama: siram rutin, gunakan mulsa organik, cek hama.
‣ Libatkan sekolah, pesantren, karang taruna melalui gerakan “Satu Orang Satu Pohon”.
‣ Dokumentasikan progres, unggah dengan tagar #SedekahOksigen untuk menginspirasi lebih luas.
BACA JUGA: Berkat MOXIE, Ilmuwan Temukan Cara Hasilkan Oksigen di Mars
Monitoring Pahala & Konservasi
Pastikan pohon bertahan minimal lima tahun—fase kritis menuju kematangan. Kunjungan berkala, penyiraman terjadwal, dan pelaporan komunitas menjaga kontinuitas manfaat sekaligus memupuk rasa tanggung jawab ekologis.
Sedekah oksigen menjembatani ibadah spiritual dengan aksi lingkungan. Satu bibit hari ini menjadi rimbunan rahmat esok, menyejukkan bumi dan menentramkan hati penanamnya kelak. Mari genggam cangkul, tebar benih, wariskan napas segar bagi generasi mendatang—karena mungkin di Yaumul Hisab, setiap helai daun akan bersaksi: “Ya Allah, ia menanamku demi‑Mu.” []