Oleh: Tugiarti
Anggota Kelas Menulis Islampos
WAKTU terus berjalan, tak sekalipun ia akan berhenti. Pun waktu yang telah berlalu tidak akan kembali lagi. Hingga ajal yang dinanti datang menemui. Lalu, bertanya pada diri bekal apa yang akan dibawa mati.
Manusia yang cerdas adalah yang banyak mengingat kematian. Tidak panjang angan-angan dan berpangku tangan. Beramal sholeh selagi masih ada kesempatan. Jangan tunda kebaikan. Segeralah dilakukan.
Ketika memiliki harta, menunda-nunda waktu untuk berinfaq. Saat kefakiran datang, menyesal mengapa tidak berinfak sejak dahulu.
Berbeda lagi dengan orang beramal jika mempunyai harta yang banyak. Hingga hidupnya tersibukkan untuk mencari harta. Terkumpul harta berlimpah ruah. Namun, menganggap semua miliknya karena ia bersusah payah. Menafikan kekuasaan dan pertolongan Allah. Binasalah hidupnya. Letih di dunia, merana di akhirat.
Pun tidak sedikit pula orang bersedekah ketika penyakit telah menggerogoti. Tubuh lemah tak berdaya. Hendak makan namun banyak pantangan. Berharap kesembuhan dengan sedekah.
Kematian tidaklah memandang umur manusia. Ia bisa datang dengan tiba-tiba. Mendekati garis finish kehidupan, usia tua salah satu tandanya. Giatlah beramal selagi muda.
Sungguh benar yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Bersegeralah kalian beramal sebelum menemui tujuh keadaan, tidaklah kalian menunggu hingga kefakiran datang, kekayaan yang melampaui -berlebihan-, sakit yang merusak, lemah tidak berdaya -tua-, kematian yang tiba-tiba, kedatangan dajjal dan kiamat.” (H.R Tirmidzi).
Allah mencintai amalan yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit. Adalah sikap yang bijak dengan bersegera melakukan amal kebaikan. Mudah-mudahan kita semua diberi hidayah dan keistiqomahan oleh Allah dalam usaha menggapai keridhoan-Nya.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Wahai Rabb kami, terimalah amal dari kami. Sungguh Engkaulah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Waallahu a’lam. []