AMERIKA SERIKAT—Gedung Putih dilaporkan telah kehilangan beberapa staffnya sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai menduduki jabatan sebagai presiden baru AS.
Berdasarkan survei yang dilakukan Brookings Institution menunjukkan banyaknya jumlah staf Gedung Putih yang keluar, dipecat, atau dialihtugaskan.
Dilansir Halallifestyle mengutip New York Times pada Senin (1/1/2018), jumlah staf yang keluar mencapai 34 persen dan tertinggi dalam sejarah pemerintahan AS. Angka ini dua kali lipat dibandingkan pemerintah Ronald Reagan yang hanya berjumlah 17 persen pada 1981. Jumlah staf yang keluar ini bahkan tidak bisa dibandingkan dengan pemerintah Obama dan Clinton yang jumlahnya tidak mencapai satu digit.
Menurut peneliti senior Kathryn Dunn Tepas dari Brookings Institute, jumlah staf yang keluar adalah 21 di antara 61 staf. Di antara staf yang keluar, tidak sedikit mereka yang sudah senior.
Pada tahun pertama, staf kepresidenan biasanya mengalami kegamangan. “Kemampuan yang hebat selama masa kampanye tidak berarti kehebatan saat berada di dalam satu pemerintahan,” kata Dunn Tepas.
Menurut Dunn-Tepas, ini menunjukkan Trump dan timnya di Gedung Putih tidak mampu menjalankan tugas pemerintahan. Seperti biasa, Trump bersikap delusif dan menganggap semua kritik terhadap dirinya sebagai teori komspirasi dan serangan personal. Trump membantah ada kekacauan di Gedung Putih dan berkilah para staf memulai tugas mereka dari dasar.
Trump awalnya memecat penasihat keamanan nasionalnya, Michael Flynn pada Februari 2017, kurang dari sebulan setelah ia menduduki jabatan. Setelah Flynn, dua tangan kanan senior Trump di masa kampanye, Reince Priebus dan Steve Bannon juga menyusul Flynn. []