KAPAN Ramadhan dimulai dalam sejarah Islam? Bagaimana sejarah dan asal-usul bulan Ramadhan sebenarnya?
Wahyu-wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah, terjadi selama 23 tahun. Dan bahwa ajaran-ajaran shaum atau puasa (dan kemudian Ramadhan) diturunkan pada paruh kedua dari periode waktu tersebut, tepatnya sekitar tahun 622 Masehi.
Pada masa ini, Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat tinggal di Madinah setelah mereka menghadapi penganiayaan sengit di Mekkah ketika mereka mencoba menyebarkan firman Allah SWT.
Sejarah dan Asal-Usul Bulan Ramadhan: Cuaca yang Panas
Pada saat itu, cuaca sangat panas, dan hal ini mempengaruhi nama Ramadhan ketika pertama kali diturunkan.
Ramadhan berarti ‘panas yang membakar’ dalam syair yang merujuk pada waktu saat pertama kali diturunkan, dan waktu dalam setahun ini berpasangan dengan Lailatul Qadar, yang terjadi sekitar 12 tahun sebelumnya.
BACA JUGA: 4 Cara Memuliakan Al-Quran di Bulan Ramadhan
Sejarah dan Asal-Usul Bulan Ramadhan: Ajaran-ajaran Ramadhan
Seperti yang telah disebutkan, Ramadhan diperingati untuk menghormati rukun Islam yang keempat, yang dikenal dengan nama shaum. Sesuai dengan sejarah puasa Ramadhan, ada beberapa alasan mengapa umat Islam diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa, antara lain:
1- Untuk menunjukkan pengendalian diri dan menahan diri
2- Untuk membersihkan jiwa dan badan mereka
3- Untuk mengingatkan bahwa banyak orang kelaparan setiap hari
4- Untuk lebih berbelas kasih dan bersyukur atas apa yang mereka miliki
5- Untuk memperkuat ikatan mereka dengan Allah SWT
Waktu yang dihabiskan untuk tidak makan selama bulan Ramadhan sebaiknya digunakan untuk membaca Al Qur’an dan shalat. Dengan menggabungkan lima ajaran Ramadhan di atas, orang-orang akan dapat menjadi Muslim yang lebih baik dan menjadi anggota masyarakat yang lebih baik.
Sejarah dan Asal-Usul Bulan Ramadhan: Persyaratan Ramadhan
Meskipun Ramadhan adalah bagian penting dari Islam, menjaga kesehatan adalah hal yang sangat penting, dan karena itu, tidak semua orang dapat berpantang makan dan minum di siang hari.
Mereka yang berusia pra-pubertas dan sedang dalam masa pertumbuhan, orang tua dan lemah, sakit dan sedang dalam pengobatan, hamil, menyusui, haid, atau sedang dalam perjalanan tidak diwajibkan untuk berpuasa (sebagai gantinya, mereka harus membayar fidyah), tetapi ada beberapa persyaratan Ramadhan yang harus mereka patuhi.
BACA JUGA: 6 Sebab Nabi Sangat Dermawan di Bulan Ramadhan
Selain tidak makan antara matahari terbit dan terbenam, umat Islam juga harus menahan diri dari semua pikiran dan aktivitas yang tidak bersih, termasuk mengumpat, bergosip, berdebat, berkelahi, dan melakukan hubungan seksual suami istri.
Hal ini juga merupakan persyaratan bagi semua Muslim yang memiliki makanan yang melebihi kemampuan mereka untuk melakukan pembayaran amal yang disebut fitrah.
Secara historis, orang-orang akan mengukur apakah mereka memiliki makanan yang melebihi kemampuan mereka sebesar ‘1 Sa’. Ini setara dengan sekitar 3 kg makanan pokok seperti gandum. Hal ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad ﷺ, tepat di awal sejarah Ramadhan, di mana orang-orang yang memiliki makanan di luar kemampuannya akan menyumbangkan satu ‘Sa kepada mereka yang tidak memiliki makanan. []
SUMBER: MASLAHA