Arsenal nuklir Korea Utara berada di bawah Pasukan Roket Strategis yang berbasis di Pyongan Selatan, di luar kota Pyongyang.
Salah satu cabang Tentara Rakyat Korea, komando strategis ini mengoperasikan enam situs peluncur roket statis utama, selain unit-unit peluncur mobile peluru kendali yang bisa menjelajahi negara itu untuk meluncurkan rudal kapan pun diinginkan. Yang terakhir ini lebih sulit dilacak baik radar maupun satelit.
Rudal pertama Korea Utara adalah tiruan dari rudal Scud buatan Rusia tetapi dalam beberapa tahun belakangan negara itu membenamkan investasi besar-besaran dalam pengembangan peluru kendali yang lebih maju.
Total, Korea Utara diyakini memiliki 1.000 rudal balistik yang kebanyakan jarak pendek, antara 30 sampai 300 mil, yang tujuan utamanya diarahkan ke Korea Selatan.
Dua tahun terakhir ini militer Korea Utara telah memperbanyak uji coba peluncuran rudal dari berbagai varian, dan terakhir meluncurkan rudal yang punya jangkauan 7.400 mil sehingga bisa menjangkau London di Inggris yang jauhnya 5.380 mil dari Korea utara. Rudal ini juga bisa menjangkau Moskow di Rusia, New Delhi di India dan Sydney di Australia.
Roket paling canggih Korea Utara dipercaya mampu menjangkau hampir seluruh sudut Amerika Serikat, kecuali Semenanjung Florida.
Korea Utara sukses menguji coba roket Hwasong-10 yang memiliki jangkauan 2.500 mil pada Juni 2016. Para analis meyakini bahwa roket ini bisa dipasangi hulu ledak nuklir sampai 2.700 lbs.
Februasi silam, sebuah peluru kendali Pukguksong-2 berjangkauan 1.800 mil sukses diluncurkan, sedangkan Hwasong-14 sukses diluncurkan awal Juli lalu dengan memiliki jangkauan 6.210 mil.
Rudal antarbenua Hwasong-13 yang terakhir diujicobakan Oktober 2016 diyakini memiliki jangkauan 7.450 mil dan mampu membawa hulu ledak nuklir.
Tak hanya hulu ledak nuklir, Korea Utara punya cadangan senjata kimia yang banyak, seperti sarin, gas VX dan tabun, yang bisa dimasukkan ke rudal balistik, demikian laman The Telegraph.[]