DAHULU, orang-orang Yahudi selalu berharap dapat mengungguli orang-orang Aus dan Khazraj dengan wasilah Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam sebelum diutusnya. Namun saat Allah mengutusnya dan ternyata beliau berasal dari orang- orang Arab, mereka kafir dan membantah apa saja yang dikatakan beliau.
Kemudian Muadz bin Jabal, dan Bisyr bin Al-Barra’ bin Ma’rur, saudara Bani Salimah berkata kepada mereka, “Wahai orang-orang Yahudi, bertakwalah kepada Allah, dan masuklah ke dalam Islam, karena kalian pernah mengharapkan kemenangan atas kami dengan perantara Muhammad, sedangkan kami pada saat itu masih dalam keadaan musyrik. Kalian pernah sampaikan kepada kami bahwa beliau telah diutus, dan kalian telah terangkan kepada kami tentang sifat-sifat beliau.”
BACA JUGA: Komentar Orang Yahudi tentang Pemindahan Kiblat dari Syam ke Kabah
Salam bin Misykam, salah seorang dari Bani Nadhir berkata, “Namun ia sama sekali tidak membawa apa pun yang kami ketahui, dan tidak membawa sesuatu yang pernah kami sampaikan kepada kalian.”
Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat tentang ucapan mereka dalam firman-Nya berikut:
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ ۚ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Dan setelah datang kepada mereka Al-Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu (QS. Al-Baqarah: 89).
Saat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam diangkat menjadi rasul, dan memaparkan tentang perjanjian yang telah Allah ambil dari mereka, Malik bin Ash-Shaif berkata, “Demi Allah, kami tidak pernah diberi perjanjian agar percaya kepada Muhammad, tidak pernah pula dimintai perjanjian tentang dirinya.”
Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat Al-Qur’an tentang Malik bin Ash-Shaif:
أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ فَرِيقٌ مِنْهُمْ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebahagian besar dari mereka tidak beriman. (QS. Al-Baqarah: 100).
Ibnu Shaluba al-Fithyuni berkata kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Muhammad, engkau tidak datang kepada kami dengan membawa sesuatu yang pernah kami ketahui, dan Allah tidak menurunkan kepadamu ayat nyata yang mengharuskan kami beriman dan mengikutimu.”
Allah Ta’ala menurunkan ayat tentang ucapan Ibnu Shaluba tersebut:
وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ ۖ وَمَا يَكْفُرُ بِهَا إِلَّا الْفَاسِقُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. (QS. Al-Baqarah: 99).
Rafi’ bin Huraimalah dan Wahb bin Zaid berkata kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Muhammad, datangkanlah pada kami kitab yang engkau turunkan dari langit hingga kami bisa membacanya, lalu pancarkanlah air sungai untuk kami, pasti kami akan beriman, mengikuti dan membenarkanmu.”
Allah ‘Azza wa Jalla kemudian menurunkan firman-Nya mengenai perkataan Rafi’ bin Huraimalah dan Wahb bin Zaid tersebut:
أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ ۗ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang siapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah: 108).
Huyay bin Akhthab dan saudaranya, Abu Yasir bin Akhthab adalah sosok orang Yahudi yang memendam dendam kesumat yang amat dalam kepada orang-orang Arab, karena Allah memberikan karunia kepada mereka berupa seorang Rasul-Nya Shallalahu ‘alaihi wasallam. Mereka berdua berupaya sekuat tenaga untuk menjauhkan manusia dari agama Islam dengan segala kapasitas yang mereka miliki.
BACA JUGA: Ibnu Hajar dan Seorang Yahudi
Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya tentang mereka berdua:
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 109). []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media