Oleh: Rosadi Alibasa, Direktur Shakira Grafika Group
“Ketika kita membantu sembilan orang miskin, bersiaplah kita menjadi yang kesepuluh,” (Peribahasa dari Afrika).
SUATU hari, saya bertemu dengan teman lama. Ada pembicaraan yang cukup menarik tentang saudara dari istrinya yang terus meminta bantuan darinya. Kebiasaan tersebut dirasakan berdampak pada manajemen (pengaturan) keuangan keluarganya sendiri. Akibatnya beberapa pembelian dan pengembangan usahanya terpaksa diurungkan dan terhambat karena saudara dari istrinya tersebut.
Lalu saya menyarankannya untuk mencoba memberikan bantuan berupa modal usaha, sebaiknya memberikan kail dari pada memberikan ikan, karena itu akan mendidik mereka untuk lebih mandiri.
Dia pun tersenyum. “Nasihat yang baik. Saya akan lakukan itu,” tukasnya.
Beberapa bulan kemudian kami bertemu lagi. Saya langsung menanyakan bagaimana perkembangan tips saya. Dia hanya tersenyum. Jawabnya, “Tips kamu sudah saya terapkan, tetapi hasilnya nihil. Usahanya bangkrut dan kembali meminjam uang dari saya.”
Saya menganjurkan tips berikutnya. “Sebelum memberikan usaha kamu seharusnya memberi pengertian dan pelajaran dulu, supaya mereka mengerti dan coba arahkan. Bagaimana mereka akan sukses sementara kamu tidak memberi pengarahan terhadapnya?” saran saya.
“Masuk akal,” serunya.
Beberapa minggu kemudian dia menelepon saya dengan sedikit emosi. “Tips kamu membahayakan. Ketika saya mencoba memandunya, dia ngomong yang macam-macam. Merasa terkekanglah, banyak aturan lah dan lain sebagainya,” ujarnya berapi-api.
Saya pun tersenyum menjawab. “Ketika kamu sudah memangkas habis ilalang di depan rumah kamu, tetapi minggu depannya tumbuh lagi, dan kamu pangkas lagi, dan tumbuh lagi, satu cara yang kamu harus lakukan; cobalah menyukai ilalang itu meski kamu membencinya!”
Teman lama itu tidak menjawab. Tapi saya harap ia mengerti perkataan saya. []