Menginsyafinya, bagaimana jika bersama-sama kita tingkatkan lagi kesabaran? Bagaimana jika kita usahakan lagi proses penantian ini, sebagai waktu untuk memantaskan diri, menghiasi akhlak, melejitkan potensi-potensi. Memperjuangkan dakwah ini. Menjaga kebeningan sebongkah hati yang rapuh.
Sebab ternyata, kadangkala banyak sekali hal yang tak sesuai sangka. Kita tidak tahu, dan Allah Maha Mengetahui. Pada jarak yang dirasa teramat jauh, Allah telah merencanakan skenario yang sedemikian rupa agar kita tahu, betapa penantian panjang yang melelahkan ini, akan sangat sia-sia jika diisi dengan tanya dan angan-angan kosong.
Jika saat yang panjang ini, ternyata kita diperintahkan untuk lebih mencintai-Nya, mencintai sunnah Rasul-Nya, menjalankan syariat-Nya, mentadabburi kuasa-Nya, melangitkan berjuta-juta doa agar Allah menghimpun kita dalam kebaikan kelak. Juga agar kita bisa merasakan kebahagiaan yang luar biasa saat akhirnya kita dapat menatap pelangi pada langit yang sama, dengan perasaan yang sama. Hingga ketika kita bisa berlabuh di telaga kautsar bersama-sama.
Jika demikian, biarlah penantian ini berjalan sesuai dengan sebaik-baik rencana Allah. Kita hanya harus menguatkan tekad dan menyiapkan bekal yang banyak. Agar suatu hari nanti, kita dapat menuai dari segala keniscayaan janji-Nya yang indah. Agar jika waktu terbaik itu tiba, kita akan tetap bisa menyelaraskan kayuh dayung dan bersama-sama mengantarkan bahtera kita menuju Jannah-Nya.
Tak mengapa. Tetap bersabar dalam jarak ini, ya? Tetap mengusahakan sekeping hati yang bening dan suci. Sebab barangkali kita lupa, jika mungkin saja Allah Yang Kuasa, telah mempertemukan doa-doa yang kita langitkan pada titik rasi bintang yang sama.
Mari langitkan lebih banyak lagi doa. Semoga Allah berkenan menghimpun kita dalam satu kebaikan. Kebaikan penyempurnaan separuh iman. []