RUSIA–Leysan Dauletova, seorang Muslimah Tatar di kota Kazan, Rusia, membuka sekolah Pole Dance (tari tiang) di negara itu. Meskipun dia telah mengantongi dukungan dari imam masjid setempat, inisiatif mendirikan sekolah Pole Dance telah menimbulkan kontroversi di Kazan yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Kazan adalah ibu kota Tatarstan, republik yang mayoritasnya Muslim, lokasinya sekitar 800 km di timur Moskow. Wilayah ini terkenal dengan sejarah budayanya yang kaya, yang menggabungkan tradisi Rusia dengan warisan Tatar.
BACA JUGA:Â Kazan, Kota Muslim Pertama yang Mencetak Alquran di Rusia
Berbicara kepada stasiun berita lokal Tatarstan 24, Leysan Dauletova mengungkapkan bahwa dia menemukan celah di pasar saat merasa tidak nyaman di sanggar tari yang sering dikunjungi pria, seperti ayah yang menjemput anak mereka.
Studio tari baru yang dibuka Dauletova memiliki aturan unik, jendela tertutup, tidak ada video dan kunjungan pria. Jadi studio tari ini benar-benar dikhususkan untuk muslimah dan menjaga keamanan serta kenyamanan mereka.
“Saya sampai pada kesimpulan bahwa saya ingin menciptakan kondisi yang nyaman bagi perempuan Muslim, yang bisa berlatih tanpa diintip,” jelasnya, dilansir dari laman RT News, Rabu (14/4/2021).
Menariknya, sebagian besar mereka yang mengikuti sekolah adalah para istri yang ingin membahagian suaminya.
“Mereka (para wanita) bilang kami ingin menunjukkan ini kepada suami kami agar suami kami tidak melihat wanita lain,” ungkap Kepala Masjid al-Marjani, Ansar Hazrat Miftakhiv.
“Dan kami berkata, tentu saja, itu mungkin. Ini tidak bertentangan dengan Islam,” jelasnya.
BACA JUGA:Â 5 Alasan Kamu Harus Liburan ke Kazan, Rusia
Studio baru yang terletak di seberang masjid itu telah disetujui sepenuhnya oleh ulama setempat. Namun, idenya belum diterima secara universal.
Sekolah tersebut telah ditentang oleh Persatuan Wanita Muslim Rusia dan Tatarstan, sebuah organisasi lokal.
“Tidak ada masalah dengan kebahagiaan dalam keluarga Muslim. Semua keluarga memiliki banyak anak, semuanya memiliki lima, delapan, sepuluh anak,” kata Nailya Ziganshina, Ketuga Organisasi itu, kepada stasiun radio Moscow Talks. []
SUMBER: RT NEWS