KISAH menggugah kali ini datang dari seorang laki-laki berusia 23 tahun. Jika pemuda pada umumnya masih bisa nongkrong, ngumpul dan menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya, hal itu tak mungkin dilakukan oleh pemuda ini.
Di usainya yang terbilang muda, Arif, pemuda yang tinggal di Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, harus menjadi tulang punggung keluarga. Bukan hanya itu, ia pun harus mengurus ibunya yang sakit kanker otak dan adiknya yang mengidap polio.
Sehari-hari Arif dibantu neneknya, Suminem yang merawat adiknya. Setiap pagi dan sore, Arif bertugas memandikan dan mengganti popok adiknya.
Arif menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya, Subroto meninggal. Ayahnya meninggal akibat kecelakaan sepeda motor, 2008 silam.
Pemuda lulusan Madrasah Aliyah Sakti Ngebel ini, bekerja sebagai pencari pasir di Desa Pomahan, Kecamatan Pulung. Dalam sehari, Arif mendapatkan upah Rp 40 rb hingga Rp 50 ribu.
Selain menjadi kuli pencari pasir, Arif juga memelihara empat ekor kambing. Setiap pagi dan sore, ia sempatkan ke ladang mencari rumput untuk pakan.
“Kadang rasanya lelah, pingin keluar rumah, main seperti teman-teman,” kata Arif belum lama ini.
Arif menceritakan, adiknya sudah menderita polio sejak lahir. Orang tuanya dulu sering membawanya berobat, namun berhenti saat usianya 10 tahun.
Sang ibu juga sejak lama menderita kanker otak. Namun penyakit itu baru diketahui pada Desember lalu. Sebelumnya, ibu Arif sering mengeluh pusing.
Ketika ditanya harapannya, Arif berharap ibunya dapat sehat seperti semula.
“Saya hanya ingin ibu sehat seperti dulu,” katanya. []