Oleh: Rosandi Ardi Noegraha
Dosen dan Pegiat Sosial
rosandiardinugraha@gmail.com
SETIAP manusia memiliki jalan kehidupan yang berbeda-beda, termasuk ujian. Ada yang diuji dengan kemiskinan, kekayaan, pangkat, jabatan, termasuk di dalamnya wanita. Bobot masalah ujiannya pun beragam, mulai dari kategori ringan, sedang sampai dengan yang sangat berat.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” (HR Bukhari).
BACA JUGA: Mengapa Kita Tak Pernah Luput dari Ujian Hidup?
Hadits di atas menunjukkan bahwa bobot ujian yang diberikan Allah SWT itu bertingkat. Semakin tinggi derajat keimanan, semakin berat ujian yang dialami seseorang.
Sejatinya ujian merupakan proses penguatan iman dan ketakwaan seorang hamba. Yang terbaik adalah bersabar dan menerima dengan keikhlasan apa yang terjadi. Tidak perlu segala ujian disikapi secara berlebihan. Berpikir dan temukan hikmah dari semua bentuk ujian dalam kehidupan.
Sikap ikhlas, lapang dada atas ketetapan Allah SWT dan memikirkan apa yang dialami, mampu memberikan pengalaman ruhiyah yang hebat, semua itu menjadi bekal dalam menjalani kehidupan. Hidup di dunia ibarat lembaga pendidikan, nilainya ditentukan dengan tingkat kesabaran, keikhlasan, keimanan, semua memiliki bernilai, dan manfaat. Bagi siapa saja yang mampu mengambil pelajaran, kemuliaan hidup yang akan didapatkan.
Dalam sebuah hadits Nabi SAW, bersabda: “Seorang Muslim yang tertimpa kecelakaan, kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, maupun kedukacitaan, walau pun hanya tertusuk duri, niscaya Allah akan mengampuni dosanya sesuai apa yang menimpanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas menjelaskan bahwa setiap ujian yang diberikan oleh Allah SWT mengandung hikmah kebaikan. Siapa saja yang mendapatkan ujian hendaknya merenungkan apa maknanya. Ketika Allah SWT mendatangkannya ujian kepada kita, tiada lain merupakan bukti kecintaan Allah dan sungguh Allah SWT ingin mengangkat derajatnya.
BACA JUGA: Ujian Ibarat Menguji Kemurnian Emas dengan Api
Sejenak mari kita renungkan hadits Nabi Muhammad SAW berikut ini, “Jika di antara kalian tertimpa musibah, hendaknya berkata: ”Sesunggunya kami milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah saya hanya mencari pahala dari musibah ini di sisi-Mu, maka berikanlah kepada-ku pahala itu, dan gantikanlah aku dengan sesuatu yang lebih baik dari musibah ini” (HR. Abu Daud).
Semoga kita bisa melewati semua ujian dari Allah SWT, dan mampu mengambil hikmahnya, terus berupaya menjadi manusia yang menjalani kehidupan sesuai dengan syariat Allah SWT. Hasbunallaah wa ni’mal wakiil ni’mal maulaa wa ni’mannashiiir. Laa haulaa walaa quwwatta ilabillaah. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.