SAAT sedang berhari raya, suasana ini terasa syahdu…
Ada seorang teman, ibu bersama keluarga besar berangkat ke kampungnya beramai-ramai. Gembira dalam perjalanan.
Tanpa sadar dirinya sedang hamil,
Qadarulloh Kehamilan ektopik,
Kehamilan di luar kandungan.
Lalu dalam keceriaan itu, mendadak terjadinya pendarahan.
Ia harus menjalani transfusi darah.
Meski ditransfusi darah pun,
Allah ternyata lebih sayang pada ibu tersebut, ia menutup mata di tengah perayaan eidul fitri.
Subhanallah…
Di tempat lain, Kota kelahiranku, bibiku mengabari tentang ibu mertuanya yang mendadak pingsan. Aaaih, baru semalam menyelesaikan pembuatan kue dan menu lebaran katanya. Tiba-tiba beberapa jam setelah pingsan, detak jantung tubuh renta itu telah berhenti.
Subhanallah, hatiku sesak penuh kelabu, Aku pernah merasakan kepedihan yang sama, sesak dan duka yang sama empat tahun lalu.
Tak berbeda berita dari saudariku Samyla di India. Sang Ibu nan sabar membiarkannya berkuliah ke Eropa hingga tuntas jenjang ‘Es Tiga’. Serabutan menjadi pembantu dosen dan freelance pun dijalani semasa kuliyah. Namun tatkala beberapa bulan jelang wisuda, Ibunda pergi mendahului ke alam barzah, tak sempat menyaksikan senyuman bahagia anak-anak dan cucunya di hari perayaan wisuda.
Oh Ibu…
Tatkala ibunda dua sahabatku pun dikabarkan meninggal dunia, dengan jarak berbeda seminggu saja, tercetus dalam hati, “Ya Allah, mohon kuatkanlah mereka… Hanya Engkaulah Sang Maha Penolong dan Tempat kami bersandar…”
Meski hanya beberapa kali bertemu,
Tapi aku wanita dan seorang ibu… dan pernah merasakan telah mengantarkan ibu saat hari itu tiba.
Aku merasakan pedihmu, wahai saudara-saudariku…
Setelah ibu kita meninggal dunia, suasana dalam keluarga bagaikan kiamat, porak poranda dengan ragam keluhan seisi anggota keluarga besar serta variasi problema nan begitu kompleks.
Bukan salah ibu yang tiba-tiba mendadak pergi, namun semua kejadian itu membuktikan bahwa seisi keluarga begitu tergantung pada belai kasih sayang ibu. Dan disadari atau tidak, kita seringkali terlupa membalas perhatian orang paling penting sepanjang hayat ini, gara-gara rutinitas sehari-hari.
Ibu…
bahkan ada sosok ibu yang rela menggendong bayi mungilnya seharian sembari menjalankan tugas negara, menjadi guru honorer mau pun petugas pemilu beberapa waktu lalu. Kemudian terbaring sakit kelelahan sementara honor belum sempat dinikmati.
Lalu kemarin pun demikian, engkau saudariku, Ibu muda yang memiliki bayi mungil… Ternyata umurmu tak sampai menginjak tiga puluh, engkau mendahului kami menuju ke sana, tempat yang sunyi tiada kepentingan duniawi lagi. Subhanallah….
Semoga anak-anak dan bayi kecil yang ditinggalkan ibu atau ayah saat ini, dilimpahkanNYA kesehatan, kekuatan, kemudahan dalam perjalanan hidup, kesuksesan dan kebahagiaan serta berkah hidayah senantiasa… Aku hanya mampu menguntai doa, Allahu Robbuna yusahil, Laa hawla walaa quwwata illa billah!
Mari saling mendoakan duhai teman yang telah ditinggalkan kunci syurga kita, semoga kelak di akhirat, kita dikumpulkan dengan orang-orang yang kita cinta. Semoga kita dikumpulkan kembali bersama ibu ayah dan keluarga tercinta.
Gurunda dan ulama mengatakan, ‘Di syurga ada banyak pintu. Yang paling nyaman untuk dimasuki adalah yang paling tengah. Untuk membolehkan masuk ke syurga melalui pintu tengah itu adalah dengan berbakti kepada orang tua.’ (Tuhfatul Ahwadzi, 6/21).
Beruntunglah bagi kalian yang masih mendekap orang tua, hargailah masa indah ini dengan sebaik-baiknya!
Jika kalian ingin tahu betapa pedih dan perihnya kejadian ditinggal ibu atau ayah, tanyakanlah kepada teman yang telah melalui ‘peristiwa dahsyat tersebut’, tiada heran jika ada yang pingsan atau lemas lututnya hingga terduduk lunglai saat kabar itu datang…
Karena Ibu, Ayah… Mereka yang mengajarkan cinta kepada-Nya.
Sungguh kematian dari orang sekeliling banyak menyadarkan kita. Apalagi wafatnya orang yang melahirkan kita…. Oleh karenanya, kita diperingatkan untuk banyak-banyak mengingat kematian, inilah sebaik-baik pelajaran. Semoga sholat dan ibadah kita lainnya makin khusyu’ karena yakin akan menyusul mereka jua… aaamiin… []
(@bidadari_Azzam ✍🏻 KL, 7 Syawal 1440h… Taqobalallohu minna wa minkum)