SEMAKIN sedikit ilmu, semakin sulit menerima perbedaan.
Semakin sedikit membaca, semakin merasa pendapatnya paling benar.
Semakin sedikit berguru, semakin sulit tasamuh dan toleran.
Lihatlah Imam Syafi ‘I, apa yang hadir dari lisannya. Beliau bertutur, “Pendapatku bisa jadi benar dan mungkin salah, dan pendapat orang lain bisa saja salah dan mungkin benar”.
Beliau juga berujar, “Jika hadist itu benar, maka ia adalah mazhabku”.
Tahukah anda bahwa Imam Malik pernah menolak keinginan Raja Harun Arrasyid, ketika beliau menginginkan kitab Muwatha menjadi mazhab kerajaan.
Beliau menolak demi menjaga keragaman. Ungkapan beliau yang populer adalah, “Setiap orang pendapatnya bisa diterima dan ditolak, kecuali penghuni kuburan ini “Rasulullah SAW.”
Mengetahui dan mendengarkan pemahaman yang salah bukan untuk mengikutinya tetapi agar bisa menjauhinya berdasarkan ilmu. Bukan karena asumsi.
Para ulama berkata:
عرفت الشر لا للشر ولكن لتوقيه
“Saya mengetahui keburukan bukan untuk keburukan tetapi untuk menghindar darinya.” []