TERLAHIR atau memilih hidup sebagai muslim memiliki konsekuensi sendiri. Agung namun berat. Kenapa Agung? Karena kitalah yang terpilih dari jutaan manusia di dunia. Allah hadirkan keimanan di hati, yang belum tentu semua orang rasakan.
Namun kenapa berat? Kita harus siap menjadi teladan. Bukankah agama Islam dibawa oleh Rasulullah, dan dialah sebaik-baik teladan? Kita sebagai umatnya tentu harus berusaha seperti beliau; menjadi teladan.
Agung namun berat. Keimanan dan keteladanan. Dua hal yang harus ada dalam diri setiap muslim.
Keimanan tanpa Keteladanan seperti tanaman tak berbuah, apalagi jika Keteladanan tanpa Keimanan, sia-sia tak bernilai
Bagaimana mungkin orang beriman tapi tak memberi keteladanan? Semakin beriman, semakin semerbak keteladanan yang diberikan. Jika tidak seperti itu, keimanannya hanya sebatas di kerongkongan saja, tak merasuk hati, tak muncul dalam pesona pribadi.
Bagaimana mungkin memberi teladan tanpa keimanan? Berjuang mati-matian memberi teladan, namun tak yakin adakah yang membalas semua itu? Ragu akan keberadaan Zat yang Maha Mengawasi. Keteladanan yang ia berikan mungkin bermanfaat bagi orang lain, namun tak berdampak pada dirinya. Na’udzubillah.
Maka, semangat keimanan pasti berbuah semangat keteladanan. Terus menerus memperbaiki iman, terus menerus memberi teladan.
Contoh sederhana dalam hal kebersihan. Telah jelas Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ’ an-nadzhofatu minal iiman ’ kebersihan sebagian dari iman. Jika kita percaya, yakin bahwa hal itu benar, hidup bersih akan menjadi prinsip kita. Teladan dalam kebersihan bisa dilihat saat kita beraktifitas. Menjadi yang paling Wangi, membuang sampah selalu pada tempatnya, menyingkirkan kotoran dari jalanan. Kecil, sepele. Tapi begitulah semangat keimanan menghasilkan semangat keteladanan
Keteladanan tak harus dihadirkan dalam hal-hal besar. Mulailah dari yang terkecil. Karena keteladanan tak dilihat dari besar kecilnya amalan, tapi keteguhan dan keistiqomahan sang pemberi teladan melakukan amalan itu.
Mari, memperbarui iman terus menerus. Karena sifatnya yang selalu yaziidu wa yanqus, bertambah dan berkurang. Di zaman ini, keimanan, yakin kepada Allah merupakan sesuatu yang patut dijaga. Karena sekali lagi seperti dalam lagu, iman tak dapat diwarisi. Iman bukan warisan, tapi anugrah, Allah hadirkan bagi manusia yang dipilih. Maka pegang terus imanmu.
Setelah itu, jadilah teladan, agar semua orang merasakan betapa harum dan manisnya iman kita. Iman yang berbuah keteladanan, ibarat tanaman yang berbuah banyak. Manfaat dirasakan semua orang. Memberi kesegaran di tengah kekeringan.
Semangat Keimanan, Semangat Keteladanan.
Allah mewariskan bumi ini kepada mereka yang shalih; beriman lalu memberi teladan. []