KALA Rasulullah saw hijrah ke Madinah, sahabat Thalhah bin al-Barra masih muda. Ia menghampiri unta Rasulullah, dan menempelkan tubuhnya kepada unta itu.
Ia pun mencium kedua kaki beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, suruhlah diriku melakukan apa yang kau inginkan. Aku takkan menolak.”
Mendengar hal itu, Rasul pun tertawa dan kagum. Beliau pun berkata, “Bunuhlah ayahmu!”
Seketika Thalhah berlari untuk membunuh ayahnya seperti diujarkan Rasul. Namun, beliau segera memanggilnya dan berkata, “Aku tak diutus untuk memutus silaturahim.”
BACA JUGA: Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah ﷺ
Beberapa waktu kemudian, Thalhah ditimpa sakit. Saat itu musim dingin dan mendung. Ia dijenguk oleh Rasulullah yang diduk di dekatnya.
Beliau saw pun pergi seraya berkata, “Tampaknya sebentar lagi Thalhah akan meninggal dunia. Bila ia meninggal, beritahu aku sehingga bisa menyalatkannya.”
Sebelum Rasulullah sampai di Bani Salim, Thalhah telah menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu sudah malam.
Sebelum wafat, Thalhah sempat berpesan, “Bila aku mati, kuburkan diriku dan biarkan aku berjumpa dengan Tuhan. Jangan kalian panggil Rasulullah. Aku khawatir beliau disakiti orang-orang Yahudi dan mendapat musibah sebabku.”
BACA JUGA: 5 Rahasia Sukses Dagang ala Rasulullah ﷺ
Maka mereka pun melakukannya. Paginya mereka memberitahu Rasulullah saw, beliau datang dan berdiri di depan kubur Thalhah. Orang-orang ikut berbaris. Selanjutnya beliau mengangkat tangan dan berdoa.
“Ya Allah, terimalah Thalhah dalam kondisi engkau tertawa padanya dan dia pun tertawa kepada-Mu.” []
Referensi: Ar-Rasul fi Qulubi Ashhabihi, karya Walid al-A’zhami terbitan Darul Furqan