BERMULA ketika ramai pemberitaan wabah covid-19 di Wuhan. Banyak yang berpikir, “Ahhh jauh, gak mungkin kena Indonesia.” Ditambah lagi dengan berbagai macam argumen sebagai pembenaran. Sangat sedikit orang yang peduli. Fase ini terjadi nyaris 2 bulan sejak Februari 2020. Gegap gempita di negeri China yang menjadi pemberitaan di dunia.
Ketika kasus pertama di Indonesia ada, masih banyak yang berpikir, ahh itu penyakit hanya hinggap di tubuh orang-orang yang sering pergi ke luar negeri dan atau orang-orang yang bergaul dengan mereka. Kelompok orang yang paham tentang virus dan epidemi mulai waspada. Tapi tetap lebih banyak yang tidak peduli. Kehidupan yang ada, tetap normal.
Mulailah babak baru, dimana kasus lambat laun bertambah setiap hari. Dan berita sangat mudah didapatkan. Kemudian ada bumbu drama khas dari berbagai sosisi atas dan bawah.
Drama yang memang disukai oleh orang Indonesia. Bisa dikatakan hampir semua orang Indonesia update tentang wabah covid-19. Berbondong orang mulai peduli. Sebagian mulai dihinggapi rasa takut. Ketakutan yang merombak irama kehidupan, merubah geliat ekonomi, mengubah irama hidup. Fase berurutan denial-resistence-exploration-commitment menurut Jaffe-Scott yang disebut oleh Yuswohadi untuk menggambarkan kondisi yang ada dalam kaitannya dengan perilaku sosial ketika terjadi perubahan.
Ketakutan yang terjadi kemudian bukan hanya bersumber dari wabah namun juga terhadap sumber penghasilan dan dapur di rumah. Budaya bekerja, belajar, kursus, dari rumah pun sebenarnya menimbulkan rasa bosan dan menambah kekhawatiran. Karena sejatinya orang Indonesia mempunyai kultur hang-out yang tinggi. Level terendah adalah berinteraksi dengan tentangga kiri kanan.
Sebagian mulai berpikir, sampai kapan ini akan berakhir. Jika dulu sebelumnya ingin banyak libur dan di rumah, maka masa WFH menjadi masa yang “bahkan untuk bermalas-malasan pun sudah malas. Dan kemudian Ketakutan semakin menjadi ketika sebagian pekerja yang semula di WFH khan kemudian menjadi benar-benar dirumahkan.
Di luar orang yang tetap keluar rumah karena bandel dan tidak peduli, dalam perspektif Stockdale Paradox, sebagian orang masih terpaku dan bingung apa yang harus dilakukan. Hanya diam. Yang sudah mulai berani keluarpun terbagi menjadi kelompok yang nekat dengan alasan perut dan ada yang bahkan tidak mempunyai alasan.
Ada lagi kelompok yang mulai mengeksplor apa yang harus dilakukan untuk bertahan ke depan. Kelompok terakhir ini lebih logis dan umumnya tetap mengedepankan safety procedure.
Beberapa fakta yang saat ini kita hadapi bersama adalah:
1 Virus itu nyata dan berbahaya
Dengan ribuan pasien meregang nyawa, sudah menjadi bukti bahwa virus ini ada dan dapat merenggut nyawa. Penyebaran dan penularannya yang sangat mudah, dan banyak orang tanpa gejala yang berpotensi menularkan virus ini kepada orang lain.
2 Sulit untuk physical distancing
Apakah PSBB menurunkan aktifitas secara total?. Kita bisa sepakat menjawab apa yang terjadi di luar sana. Jalanan masih ramai, KRL masih berdesakan, pasar masih berjejal, mudik masih ribuan. Dan ini terjadi hingga hari ini dan sampai ke depan pun masih akan sulit untuk physical distancing total. Artinya adalah, bahwa penyebaran virus sudah berlangsung lama setiap hari secara acak di setiap tempat.
3 Banyaknya OTG
Jika membicarakan berapa angka yang positif hari ini, secara resmi kita mudah mendapatkannya. Tetapi dengan fakta kebandelan berjamaah yang terjadi, kita juga menyakini bahwa angka real sangat mungkin jauh di atas itu. Sejalan dengan data dari WHO bahwa pasien positif ternyata di atas 80% tidak menunjukan gejala. Kebetulan saya kenal beberapa orang yang test PCR positif tetapi tidak menampakkan gejala. Bahkan sebagian ada yang sudah manula.
4 Kurva masih menanjak
Silahkan dilihat kurva jumlah orang yang positif covid-19 di Indonesia. Hingga hari ini, pertambahan harian masih signifikan dan membuat pergerakan grafik masih menanjak. Saya tidak setuju dengan “bersiap dengan second wave”. Lha wong “first wave” nya juga masih bertumbuh. Masih belum ketemu puncaknya.
5 Lebih banyak yang sembuh
Virus ini akan benar-benar menjadi fatal ketika menyerang orang yang imunitasnya tidak bagus dan orang dengan riwayat penyakit bawaan sebelumnya. Pemburukan umumnya terjadi pada orang yang mempunyai riwayat penyakit berat sebelumnya, atau faktor usia yang sudah sepuh.
Sebagian besar, meski positif mereka tetap tidak merasakan apa-apa. Atau hanya seperti pilek biasa. Dan kemudian setelah perawatan mereka dinyatakan negatif dan dapat beraktifitas lagi.
6 Yang sudah terkena pun dapat terkena lagi
Selain dari pemberitaan bahwa di China banyak yang sudah sembuh dan kemudian masih terkena lagi (test swab positif). Di Indonesia pun, saya menemukan fakta yang sama.
Beberapa orang yang sudah dinyatakan sembuh, setelah sebulan lebih, ketika di test ternyata positif lagi.
7 Belum ada vaksin
Penantian vaksin masih lama. Meski ada, masih perlu pembuktian karena saat ini pun mutasi virus masih berlangsung dan semakin beragam secara genom. Dan jangan lupa, bahwa corona adalah virus RNA genome based yang hingga saat ini pun, belum ada vaksin yang ampuh untuk menangkal virus RNA genome based. Menunggu vaksin? Masih lama dan tetap butuh waktu untuk menyatakan manjur.
8 Virus corona masih akan eksis lama
Sampai timbul kekebalan umum, sampai virus ini tidak menemukan inang lagi untuk berbiak, maka virus ini masih akan tetap ada. Dan karena mudah mutasi, virus ini juga masih mungkin dapat menyerang lagi setiap saat. Contoh nyata adalah virus flu. Kita sudah sangat akrab dengan virusnya khan.
9 Indonesia bersiap ke kondisi (yang istilahnya) new normal
Artinya apa? Secara formal keramaian diijinkan kembali. Pasar, jalanan, transportasi yang di masa PSBB masih ramai, akan ramai seperti biasa. Lalu lintas manusia antar wilayah, aktivitas kantor, sekolah, kampus, semuanya akan kembali normal.
10 Kembali ke laptop. Apa yang harus kita lakukan?
Dengan menggabungkan keseluruhan fakta di atas, proactively kita dapat memilih untuk move on dan bersiap. Move on untuk kembali beraktifitas normal dengan tetap memaksimakan ikhtiar tiga hal safety procedure; physical distancing, hindari kerumunan, rajin cuci tangan.
Kedua adalah bersiap. Dengan segala fakta yang ada, maka sangat logis kalau kita semua bersiap. Bersiap untuk terinfeksi. Di bagian ini sepertinya akan terkesan kotradiktif dan sangat mungkin menimbulkan pertentangan.
But please, lihat fakta-fakta di atas. Fakta umum yang bisa kita pahami bersama bukan. Jadi memang semua akan covid pada waktunya. Apa persiapan yang dapat kita lakukan? Pola hidup sehat tentu saja.
Ketika pun di takdirkan untuk terinfeksi virus corona, maka kita pasti berharap tubuh dalam kondisi bahagia dan sehat. Sangat sehat bahkan. Yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan dan menjaga supaya kondisi tetap bahagia dan fit.
11 Yang belum terbiasa makan sayur, mulailah makan sayuran.
Selain untuk serat, sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik untuk meningkatkan imunitas.
Menanam sendiri di rumah merupakan salah satu tips supaya makan sayur. Beberapa teknik yang dapat dipilih; menanam dalam pot/polibag, hidroponik, sampai ke microgreen. Kegiatan mengurus tanaman ini juga terbukti efektif dalam menambah kadar happiness dan joy. Asupan nutrisi juga diperkaya dengan madu, herbal, dan vitamin. Kita beri tubuh ini sesuai dengan haknya yang mungkin sudah lama terlupakan.
12 Hal lain adalah olah raga.
Selama #stayathome dan WFH, bisa jadi kita termasuk yang menjadi malas untuk berolah raga. Mudah-mudahan fakta-fakta di atas, menjadi motivasi untuk kita kembali rutin berolah-raga. Work out di rumah, jogging di tempat yang sepi, hiking, teawalk, dan masih banyak alternatif olah raga yang dapat kita lakukan.
13 Istirahat yang cukup.
Kebetulan saya punya tiga bujang di rumah. Di masa #stayathome mereka ternyata berevolusi jam biologisnya. Sarapannya ketika waktu makan siang dan tidurnya menjadi seperti kelelawar. Kondisi yang didukung dengan beberapa kali long week end dan bulan puasa. Pasca idul fitri akhirnya perlahan semua kembali normal. Buku pedoman penciptaan manusia adalah siang untuk aktivitas dan malam untuk beristirahat. Tinggal kita maksimalkan saja.
Setelah semua persiapan tersebut, yang terakhir adalah kepasrahan kita sebagai mahluk. Mahluk yang sangat kecil dan sangat bergantung kepada belas kasih Sang pencipta. Banyak berdoa, banyak merayu Nya. Pilih waktu-waktu terbaik untuk bermunajat. Semua terjadi atas kehendak Nya. Setelah semua daya upaya kita lakukan, hal terbaik adalah kita serahkan segala urusan kepada Nya. []