“SELAGI kita bersama Rasulullah, tujuan kita satu. Tetapi setelah ditinggalkan beliau, tujuan kita bermacam-macam, ada yang ke kiri dan ada yang ke kanan.” Itulah salah satu di antara banyak ucapan, yang sering didengungkan Ubai bin Ka’ab kepada sahabat-sahabatnya.
Ubai bin Ka’ab merupakan salah seorang perintis dari penulis-penulis wahyu dan surat. Begitupun dalam menghapal Al-Quran Karim, membaca dan memahami ayat-ayatnya, ia termasuk golongan terkemuka.
Ia selalu berpegang kepada taqwa. Mengenai dunia, Ubai pernah melukiskannya sebagai berikut, “Sesungguhnya makanan manusia itu sendiri, dapat diambil sebagai perumpamaan bagi dunia: biar dikatakannya enak atau tidak, tetapi yang penting menjadi apa nantinya?”
BACA JUGA: Sedekahnya Para Sahabat Nabi
Setiap ia berbicara di khalayak ramai. Orang-orang berdecak kagum. Hingga leher mereka semua akan terulur dan memasang telinga benar-benar. Sebab bilamana ia berbicara mengenai agama Allah, tiada seorang pun yang ditakutinya, dan tiada udang di balik batu.
Bahkan Rasulullah pun menyelamati dirinya atas segala pencapaian ilmu yang dimilikinya.
Tatkala wilayah Islam jauh lebih meluas. Kemudian dilihatnya terdapat banyak penyelewengan, ia tampil dengan lisannya, “Celaka mereka, demi Tuhan!” Mereka celaka dan mencelakakan! Tetapi saya tidak menyesal melihat nasab mereka, hanya saya sayangkan ialah kaum muslimin yang celaka disebabkan mereka.
BACA JUGA: Nabi dan Para Sahabat Tetap Berbisnis
Ya, itulah yang paling dicemaskan Ubai terhadap ummat Islam ialah datangnya suatu generasi ummat yang saling tercerai berai.
Ia selalu senantiasa meminta kepada Allah agar melimpahkan rahmat-Nya. Dan hal itu diperolehnya. Dia berjumpa dengan Allah dalam keadaaan beriman. Tenteram dan beroleh pahala. []
Referensi: Khalid Muhammad Khalid. 1990. Karakteristik Peri hidup 60 Shahabat Rasulullah. Bandung: CV. DIPONEGORO
Redaktur: Nida Nur Fadillah