Oleh: Juliana Fadhilah
DALAM menjalani kehidupan, akan ada saatnya kita berbahagia, pun akan ada saatnya kita bersedih. Pada detik ini, kita bisa saja merasa amat bahagia dengan apa yang didapat. Tetapi apakah bisa dijamin bahwa satu jam kemudian rasa bahagia itu masih terpatri di hati? Tidak, sebab kehidupan ini seperti roda, kadang di atas, kadang juga di bawah. Boleh jadi apa yang kita miliki sebelumnya, sejam kemudian tak lagi dalam genggaman. Hilang.
Namun, sangat disayangkan ialah diri kita sendiri, kenapa? Karena sering kali tak mau menerima kenyataan bahwa apa-apa yang dimiliki saat ini bisa saja hilang kemudian, sebagaimana diri ini yang sejatinya juga bukan milik kita.
Adapun ketika menengok kembali perjuangan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, ada sedih bercampur haru di sana. Ya, tidak semua bisa didapat dengan mudah. Misalnya, ada seorang cerdas di mana ia giat belajar baik di waktu pagi maupun malam hari. Hari-harinya banyak digunakan untuk menuntut ilmu. Namun, esoknya ia mengalami musibah, membuat kecerdasannya itu perlahan-lahan menghilang.
Kemudian, ada pula seseorang demi membeli sebuah mobil, ia rela bersusah-payah dari biasanya, kerja dari pagi hingga malam oke, dan itu tidak dilakukan hanya dalam tempo yang singkat. Lalu, setelah mempunyai mobil tersebut, jangankan jika hilang, baru lecet sedikit saja mampu membuat pikiran tak karuan.
Dalam kalam-Nya Allah berfirman:
اوليس الذي خلق السموت والارض بقدرعلى ان يخلق مثلهمﻕ بلى وهوالخلق العليم(81) انماامره اذااراد شياﺼﻞ ان يقول له كن فيكون(82) فسبحن الذي بيده ملكوت كل شيءواليه ترخعون(83)
“Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang diganti sesudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dia-lah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka terjadilah ia. Maka
Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Q.S Yasin: 81-83)
Nah, adapun bila kita memaknai Q.S Yasin ayat 81-83 di atas dengan segenap hati, mungkin hanya segelintir saja yang akan merasa terpuruk saat kehilangan. Bahwasanya apa-apa yang dimiliki di dunia ini memang sejatinya bukan milik kita, sekalipun jiwa raga sendiri.
Maka dari itu, perlu ditanamkan sifat rendah hati, juga harus banyak belajar ikhlas … ikhlas menerima kenyataan hidup. In Syaa Allah apabila nanti kehilangan hal terbesar dalam hidup ini, itu tidak akan memicu kecewa yang terlalu. Ikhlaslah, boleh jadi ada hadiah lebih besar menunggu. Semuanya milik Allah, semuanya akan kembali pada Allah. []
Purwakarta, 5 Maret 2018