SALAH seorang ulama memasuki masjid Rushafah dan mengumumkan kepada para hadirin.
“Saya siap menjawab pertanyaan yang paling sulit sekalipun.“
Dan diantara para hadirin itu adalah Abu Hanifah. “Aku ingin menanyakan satu pertanyaan,“ katanya kepada ulama yang sombong itu.
“Apa itu?“ sahutnya .
“Semut yang berbicara dengan Nabi Sulaiman jantan atau betina?” tanya Abu Hanifah.
Ulama yang angkuh itu pun diam seribu bahasa dan menggelangkan kepala sambal menjawab, ”Aku tidak tahu.“
BACA JUGA: Yang Mana Diri Anda: Semut, Laba-laba, ataukah Lebah?
Abu Hanifah berkata, “Dia betina.“
“Apa dalilnya?” Tanya ulama itu.
Allah swt berfirman:
قالت نملة
“… Berkatalah seekor namlah (semut betina).” (QS An- Naml : 18)
Kemudian Abu Hanifah menambahkan. “Sebenarnya aku tak ingin menanyaimu. Aku hanya ingin mengatakan, janganlah engkau angkuh dengan kemampuanmu.”
Adapun hikmah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut adalah:
Diantara tanda bermanfaatnya ilmu adalah bertambah sifat tawadhunya, karena bagi orang yang berilmu semakin bertambah ilmu maka akan semakin bertambah kebodohannya disebabkan adanya hal hal yang baru ia ketahui.
BACA JUGA: Semut, untuk Apa Kamu Membawa Setetes Air tersebut?
Bertambahnya ilmu bukanlah alat untuk menyombongkan diri, lalu menantang pertanyaan yang paling sulit dari mereka yang menyimak ilmunya.
Seorang disebut alim ketika ia menjawab apa yang ia ketahui dan tidak berani untuk menjawab apa yang ia tidak memiliki ilmu tentangnya, karena ilmu adalah amanah yang akan diminta pertanggung jawaban tentangnya. []
Faisal Kunhi
Imam Masjid Sirothol Mustaqim, Ansan Korea Selatan
Gontor,
S1 UIN Syarif Hidatatullah Jakarta, S2: Institut Ilmu AlQuran
*#Share berkahnya ilmu*
*#Join channel Telegram:*
https://t.me/joinchat/AAAAAERt3deogV8PX4M0Qg untuk mendapatkan tulisan saya setiap hari