Oleh: Arif Rahmatillah
TERKADANG kita sering tertukar untuk menentukan sebuah batas. Menggunakan batas maksimal nikmat untuk bersyukur, dan menggunakan batas minimal musibah untuk bersabar.
Kita baru bersyukur ketika mendapatkan nikmat yang sangat besar, tapi sudah mengeluh dengan musibah yang begitu kecil. Padahal seharusnya, kita harus tetap bersyukur atas nikmat sekecil apapun dan berusaha sesabar mungkin untuk musibah sebesar apapun.
Terkadang kita harus bersyukur terhadap musibah. Karena turunnya, merupakan bagian dari rencana Allah SWT Yang Maha Indah. Karena datangnya, banyak membawa hikmah. Baik hikmah yang datangnya dengan tamparan, maupun dengan kelembutan. Baik hikmah yang datangnya di jemput sendiri, maupun dengan perantara lingkungan sekitar kita. Sebab dengan hikmah, Allah SWT turunkan kebaikan yang melimpah.
BACA JUGA: Sudah Tahu Belum Tingkatan Sabar?
Kita tidak pernah tahu sampai batas mana umur kita di dunia. Namun, ibadah kita seringkali banyak cacatnya, kurang ikhlas dan tidak bersungguh-sungguh. Kita terlalu banyak mengeluh dengan beban hidup, tanpa menyadari nikmat yang meliputi kita setiap harinya. Seperti yang kita lihat saat ini, banyak sekali musibah terjadi, bertubi-tubi.
Dalam suatu bencana tsunami terakhir ini, seorang vokalis salah satu band di Indonesia dalam sekejap kehilangan orang-orang terdekatnya. Kita tidak pernah tahu, kesedihan seperti apa yang ia rasakan, dan kita juga tidak tahu, Allah menyiapkan rencana apa untuk ia, satu-satunya personil yang masih diberi kesempatan hidup di dunia.
Memang benar, motivasi terbaik untuk sungguh-sungguh dalam beribadah di dunia adalah dengan mengingat kematian. Jika kita terus mengingat kematian, maka kita akan senantiasa mempersiapkan diri untuk beramal lebih, kita akan berpikir berkali-kali untuk melakukan maksiat. Bukankah seseorang akan dimatikan sesuai dengan kebiasaanya? Tidakkah kita takut dengan kebiasaan-kebiasaan buruk yang masih kita lakukan?
Sekiranya, ada dua kemungkinan mengapa Allah SWT masih memperkenankan kita hidup di dunia; untuk memberi kesempatan beramal shalih, atau membiarkan kita dalam maksiat.
BACA JUGA: Bersyukur ketika Diturunkan Hujan
Jika kita merasa hidup tak bertambah lebih baik, lalu untuk apa Allah SWT membiarkan kita hidup? Apa kita mau menjadi salah satu hamba yang dibiarkan hidup di dunia, untuk dihinakan karena maksiat yang masih kita pertahankan?
Semoga kita semua senantiasa diberi rasa syukur. Bahkan ketika tertimpa musibah sekalipun. Semoga kita semua selalu diberi hati dan pikiran yang lapang untuk mengambil hikmah dalam setiap kejadian. Semoga dengan hikmah yang kita terima, membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. []