MALAM ini mengendarai kendaraan dari rumah sakit ke rumah. Ganti giliran jagain kakak Fashhan yang lagi dirawat sama ayahnya. Tiba tiba rasa nyeri menyerang hingga saya menepikan kendaraan…
Berhenti sejenak menunggu rasa nyeri berkurang, saya berusaha mengalihkan pikiran dengan melihat sekeliling.
Kaca mobil saya diketuk. Seorang anak. “Bu… Ibu mau keluar parkir nggak? Saya parkirin ya….” katanya.
“Belum sekarang, saya mau istirahat dulu,” jawabku.
“Kalau gitu Ibu punya uang 2000?” tanya anak itu.
BACA JUGA: Babang Grab yang Menolak Nasi Kotak
Karena saya sedang tidak mau diganggu, saya buru-buru serahkan uang itu. Saya pikir anak ini mungkin cuma mau minta-minta.
Saya amati anak itu. Dia mendekati tukang gorengan lalu membeli beberapa. Kemudian gorengan itu dia berikan pada sesosok tua yang duduk di bawah tiang listrik.
Ketika dia melewati samping kendaraan saya, saya buka kaca dan memanggilnya. “Eh… Aa.. . Sini… Itu siapa?” tanya saya.
“Gak tau bu… Bapak-bapak tua… Saya juga baru kali ini lihat,” jawabnya.
“Loh, tadi kamu minta uang ke saya beli gorengan kenapa kasihin ke bapak itu?”
“Oh… Saya tadi duduk di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu katanya puasa… Tadi saya lihat bukanya cuma minum…. Katanya uangnya habis. Hari ini saya nggak jualan koran .. . Tanggal merah bu.. . Jadi ngak punya uang.. . Saya ada 1000, kalau beli cuma 1 kasihan nggak kenyang. Makanya saya minta ibu 2000. Biar dapat 3. Ibu mau keluar parkir sekarang? Saya parkirin bu… Ibu kan udah bayar. Kalau saya sebenernya bukan tukang parkir,” katanya tertawa sambil garuk garuk pipinya.
Saya terdiam. Tadi saya pikir anak ini pengemis seperti anak-anak yang biasa mangkal di jalan. Ternyata saya salah besar. “Terus uang kamu habis dong, Aa?” tanya saya.
“Iya bu… Nggak apa-apa… Besok bisa jualan koran… InsyaAllah ada rejekinya lagi.”
“Kalau gitu Ibu ganti yaa uang Aa… Sekalian buat jajan…” kataku meraih dompet di jok samping.
“Nggak usah, Bu… Jangan… Ibu saya sebetulnya melarang saya minta-minta. Makanya saya tawarin Ibu parkirin mobil Ibu. Soalnya tadi saya kasihan bapak itu aja. Cuma saya bener-bener nggak punya uang,” cerocosnya lagi.
“Eh Ibu minta maaf yaa tadi salah sangka sama Aa… Kirain Aa tukang minta-minta,” kata saya merasa bersalah.
“Saya yang minta maaf, Bu… Saya jadi minta uang duluan sama Ibu.. Padahal saya belum kerja.”
BACA JUGA: Kucing dan Sedekah
“Sama – samalah… Ini ambil uangnya… Ini kamu nggak minta, Ibu yang beri,” kataku.
“Nggak, Bu.. Makasih…. Ibu mau keluar parkir sekarang?” tanyanya lagi.
“Nggak Aa… Ibu nggak usah diparkirin,” kataku.
“Beneran, Bu? Soalnya saya mau jemput adik saya ngaji dulu bu… Takut nangis kalau kelamaan telat jemputnya…”
“Udah, sana jemput aja adiknya…” kataku tersenyum.
“Makasih yaa, Bu…” katanya setengah berlari. Meninggalkan saya yang termangu.
Saya menoleh ke tiang listrik, bapak tua itu sudah pergi. Saya Iihat dari spion mobil, anak itu berjalan setengah berlari.
Di luar sana banyak orang tidak seberuntung kita, tapi mereka masih memikirkan sesama, masih berusaha bersedekah dan sangat yakin akan jaminan rejeki.
BACA JUGA: Terus Gimana Hari Tua Kita kalau Anak-anak Tidak Peduli sama Ortunya?
Terima kasih untuk pelajaran hari ini, Nak… Semoga hidupmu berlimpah berkah dan rejeki.
Saya stater kendaraan dan melaju pelan-pelan menuju rumah. []
19 Feb 2015
DISCLAIMER: Tulisan ini secara ekslusif diberikan hak terbit kepada www.islampos.com. Semua jenis kopi tanpa izin akan diproses melalui hukum yang berlaku di Indonesia. Kami mencantumkan pengumuman ini di rubrik Kolom Ernydar Irfan dikarenakan sudah banyak kejadian plagiarisme kolom ini di berbagai media sosial.