IA menempuh ribuan mil untuk mencari seorang nenek yang tak dikenalnya. Hanya untuk mengembalikan uang nenek tersebut.
Kejadiannya berlangsung pada malam Natal Desember 2009 lalu. Mukul Asaduzzaman, berusia 28 tahun. Ia berasal dari Bangsladesh. Di New York, ia sedang menjalani studi sebagai mahasiswa pasca-sarjana fakultas kedokteran di Queens. Biaya hidup yang sangat mahal membuatnya menjadi sopir taksi untuk sementara dan menopang kebutuhan sehari-harinya.
Malam itu, seorang nenek asal Italia masuk ke taksinya. Si Nenek berniat mencari kerabatnya di Long Island. Maka, Asaduzzaman pun segera membawa taksinya ke tempat yang dituju.
Ketika sudah sampai, dan menurunkan nenek tersebut, Asaduzzaman pun kembali pulang ke tempatnya berasal. Tapi ketika ia sudah sampai, alangkah terkejutnya ketika ia menemukan ada uang tergeletak. Jumlahnya? Banyak sekali. Yaitu $ 10.000 tunai. Jika dijumlahkan dalam rupiah mencapai kurang lebih Rp. 100 juta!
Akhirnya, tanpa pikir panjang, Asaduzzaman pun kembali memutar taksinya menuju tempat si nenek Italia turun. Sial baginya, ia tidak ingat, dimana ia menurunkan si nenek itu tepatnya. Akhirnya, setelah ia mencari selama tiga malam berturut-turut, ia menunggu di luar sebuah rumah kosong yang diduga berada di antara rumah kerabat nenek tersebut.
Dan tak lama kemudian, ia kembali bertemu dengan si nenek yang dicarinya. Nenek itu bernama Felicia Lettieri. Alangkah leganya Lettieri ketika ia menemukan kembali uangnya yang hilang itu. Ia tak menyangka bahwa sopir taksi itu akan mengembalikannya kepadanya.
“Saat itu begitu indah, begitu baik,” ujar Lettieri, 72. Ia sangat berterima kasih kepada Asaduzzaman, seperti dikutip New York Post.
Tanggapan Asaduzzaman? “Ketika saya berumur 5 tahun, ibu saya mengatakan pada saya, Jujur, dan bekerja keraslah dan kamu akan mendapatkan rejekimu sendiri.”
Yang membuat Amerika heboh dan sampai saat ini masih terus membicaakan kejadian ini adalah karena Asaduzzama menolak untuk menerima imbalan uang dari Lettieri. Media-media AS memberitakannya secara ekslusif.
Yang berikutnya, karena ia adalah seorang Muslim. Dan mungkin, itulah potret Muslim yang tidak pernah mau dilihat oleh orang Amerika yang selalu menganggap “teroris” kepada orang-orang Islam. []