Oleh: Mela Ummu Nazry Najmi
NAMANYA terkenal sepanjang sejarah Islam bahkan dunia sebagai penakluk yang ditakuti lawan dan disegani kawan. Senantiasa merengkuh predikat pemenang dalam setiap medan pertempuran.
Satu persatu musuh Islam dan kaum muslimin tumbang di tangannya. Mendapatkan gelar kehormatan dari Baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu pedang Allah SWT “Saifullah”.
Beliau adalah Khalid bin Walid ra, “sang pedang” Allah SWT. Penyelamat Islam dan pasukan kaum muslimin dalam perang Mu’tah, hingga dapat kembali ke Madinah dengan selamat.
BACA JUGA:Â Khalid bin Walid Membunuh Uzza yang Sebenarnya
Naluri keperwiraannya begitu tergugah. Akalnya yang bersih dan tajam tak mampu menolak kebenaran ajaran Islam yang sampaikan Rasulullah SAW, yang semakin hari semakin banyak penganutnya, semakin hari semakin kuat dan mampu memenangkan beberapa perang tanding yang digelar melawan kafir Quraisy.
Dorongan yang begitu besar dalam hatinya, untuk masuk ke dalam agama baru yaitu Islam, membuatnya memberanikan diri menghadap Baginda Nabi Muhammad SAW dan menyatakan diri masuk Islam.
Sejak itu, Beliau tidak pernah menghalangi dakwah Rasulullah SAW dan tidak pernah absen dalam setiap agenda besar yang digelar Baginda Nabi Muhammad SAW, dalam dakwah dan jihad.
Debut pertama yang melejitkan namanya dan menjadi wasilah keutamaan berupa penyematan gelar kehormatan dari Baginda Rasulullah SAW sebagai salah satu pedang Allah SWT, adalah saat perang Mu’tah.
Karir militernya terus melejit dengan diamanahkannya kepemimpinan militer kepadanya oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, untuk memerangi kaum murtad dan nabi palsu. Hingga mereka yang melakukan aktivitas riddah kembali bertaubat dan kembali pada pangkuan Islam.
Amanah besar berikutnya yang diberikan Khalifah Abu Bakar Ashshiddiq ra, adalah penaklukan wilayah kekuasaan Romawi dan Persia. Hingga berhasil menundukkan beberapa wilayah yang dikuasai Kekaisaran Romawi dan Imperium Persia dengan gemilang.
Hingga suatu hari datanglah surat pemecatan dirinya sebagai amirul jihad, sebagai pemimpin tertinggi militer Islam dari Khalifah Umar bin Khattab ra.
Saat itu Sang Jenderal-Khalid bin Walid ra, sedang terlibat dalam agenda pertempuran Qadissiyah di Irak yaitu salah satu wilayah dibawah kekuasaan Imperium Persia.
Beliau dengan tenang menerima keputusan sang Khalifah, dan tetap ikut melanjutkan pertempuran hingga kemenangan diraihnya. Setelah itu Barulah Beliau dengan jiwa besar mengumumkan pergantian kepemimpinan militer darinya kepada Abu Ubaidah ra.
Bersama pemimpin baru, Khalid bin Walid ra, dengan ikhlas mengikuti agenda penaklukan berikutnya sebagai prajurit biasa seperti yang dititahkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra di Madinah.
Sikap ini sungguh sangat kontras dengan sikap-sikap yang akan dilakukan oleh para jenderal dikalangan militer Kekaisaran Romawi dan Persia, jika mendapatkan surat pemecatan sebuah jabatan. Yang biasanya terjadi adalah pemberontakan dikalangan jenderal mereka atas keputusan itu.
Hal yang sebaliknya dilakukan oleh Khalid bin Walid ra, yang sangat patuh atau keputusan apapun yang dibuat oleh Khalifah. Karena sikap ini, semakin harumlah nama Khalid bin Walid ra ditengah kaum Muslimin dan dunia.
Keputusan Sang Khalifah sangatlah tepat, tersebab Beliau sangat faham dengan karakter sahabatnya yaitu Khalid bin Walid ra. Yang dinilainya kadang-kadang memiliki ketergesaan sikap dan kurang sabar. Hingga ada beberapa kasus yang kadang kala membuat Umar bin Khattab ra berseberangan dengan pendapat beberapa sahabatnya, antara lain Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.
Namun, lebih jauh dari itu semua, banyak pelajaran yang dapat diambil sebagai sesuatu yang sangat berharga. Antara lain, adanya pergiliran kepemimpinan militer ditubuh kaum muslimin menunjukkan saat itu banyak terdapatnya sumber daya manusia ahli perang dan militer yang dibutuhkan umat.
Selain juga kepatuhan Sang Jenderal-Khalid bin Walid ra kepada Sang khalifah Umar bin Khattab ra, menunjukkan tingkat kualitas iman dan pemahamannya akan ajaran Islam sangat istimewa.
Selain itu semua dan yang sangat penting adalah agar kaum muslimin tidak terbuai dengan kehebatan Sang jenderal-Khalid bin Walid ra, hingga terjebak dengan mengkultuskannya, sebuah aktivitas yang bisa menggugurkan nilai pahala bagi pelakunya.
Dan lebih jauh, pemecatannya dari posisi amirul jihad oleh Khalifah Umar bin Khattab ra adalah sebentuk kecintaan dan kasih sayangnya kepada sang Jenderal. Agar tidak terjerumus dan terjebak dalam rasa sombong, yang bisa meruntuhkan nilai pahala yang telah diperolehnya.
Betapa hebatnya Sang Khalifah Umar bin Khattab ra dalam membaca karakter para sahabatnya, hingga Khalid bin Walid ra mampu diselamatkannya dari rasa sombong yang bisa membakar pahala.
Hingga dikisahkan jika Sang jenderal brilian Khalid bin Walid ra, wafat di atas pembaringannya, bukan di medan pertempuran sebagai syahid seperti yang selalu dicita-citakannya.
Bagaimanapun akhir dari kisah hidup Sang Jenderal-Khalid bin Walid ra. Tetaplah prestasinya dalam bidang kemiliteran tidak ada yang mampu mengunggulinya. Bahkan mendapat banyak pujian dari kalangan non muslim. Sebagai elit politik muslim yang handal dalam menaklukkan musuhnya.
BACA JUGA:Â Panglima Khalid bin Walid Tunduk pada Putusan Khalifah Umar
Tersebab setiap pertempuran yang diikutinya selalu mempersembahkan kemenangan bagi Islam dan kaum muslimin. Dan menjadi wasilah terbukanya banyak pintu kebaikan bagi negeri-negeri dan penduduk yang ditaklukannya.
Tersebab misi penaklukan yang diembannya adalah menyebarkan Islam keseluruhan penjuru dunia, hingga Islam dapat menyinari hidup dan kehidupan dan mampu mengeluarkan umat manusia dari segala bentuk kebodohan dan kezaliman. Wallahualam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.