Oleh: Aditya Budi
adityabudi82@gmail.com
SUDAH jamak dikenal tentang sebuah doa yang menurut beberapa sumber doa tersebut diucapkan oleh seorang ulama Suriah. Namun dalam literatur lain disebutkan bahwa doa tersebut awalnya diucapkan oleh Nabi Daud as. Kurang lebih doa tersebut berbunyi : “Ya Allah, berilah aku rezeki sebagaimana Engkau memberi rezeki kepada Bughats”
Lantas apakah gerangan sebenarnya Bughats itu? Mengapa ia dijadikan semacam analogi dalam sebuah doa tentang permintaan rezeki. Adakah hikmah tersembunyi di balik kisah Bughats. Bughats sebenarnya adalah nama untuk anakan Burung Gagak yang masih dini atau baru saja menetas. Sedangkan untuk Burung Gagak dewasa namanya sudah berganti yaitu diistilahkan dengan nama Ghurab.
BACA JUGA: Beribu Dzikir pada Hati yang Tak Kunjung Tenang
Bughats ketika menetas dan lahir ke dunia, ia sebagaimana anakan burung lainnya akan diberi makan oleh induknya. Namun ada sedikit perbedaan warna bulu ketika Burung Gagak masih kecil dan ketika sudah dewasa.
Dan disitulah terdapat hikmah dan pelajaran yang amat berharga.
Anakan Gagak tersebut masih diberi makan oleh induknya hingga kemudian ketika mulai tumbuh bulu putihnya maka sang induk mulai berhenti memberi makan. Tafsiran sederhana kenapa sang induk berhenti memberi makan salah satunya dikarenakan perbedaan warna bulunya.
Mungkin barangkali sang induk tak menduga, kenapa ia yang bulunya hitam legam sekujur tubuh sedangkan anaknya berbulu putih. Nah disitulah sang induk terheran-heran dan muali merasa keanehan. Meski secara ilmiah belum bisa dibuktikan apakah benar si induk gagak meninggalkan anaknya karena merasa asing dengan anaknya yang berbulu berbeda atau mungkin sebab yang lain. Yang jelas sang induk mulai berhenti memberi makan anaknya yang dikenal sebagai Bughats. Padahal ia masih sangat membutuhkan bantuan dari induknya.
Kemudian bagaimana nasib Bughats selanjutnya? Allah Swt menyibak hikmah yang mendalam dalam setiap peristiwa makhluknya. Allah benar-benar Maha Penjamin setiap rezeki hamba-Nya. Termasuk anakan Bughats yang masih lemah tak berdaya, jangankan untuk terbang, untuk jalan pun ia masih kesulitan.
Ternyata secara ilmiah menurut para peneliti dalam tubuh Bughats terdapat aroma yang khas yang membuat sejumlah serangga dan ulat tertarik untuk mendekat. Sejumlah serangga-serangga kecil berdatangan dengan sendirinya ke sarang Bughats karena tertarik dengan aromanya. Maka dengan kejadian itu, Bughats tentu saja dengan mudah memakan sejumlah serangga yang mendekati dirinya, tanpa kesulitan sama sekali. Subhanallah.
Bughats ternyata tidak mati kelaparan meski sang induk sudah tak memberinya makan. Karena memang yang memberinya makan (rezeki) sejatinya adalah Allah Swt sedang yang lainnya hanyalah perantara.
Dari fenomanena si kecil Bughats kita bisa mengambil ilmu tentang rezeki. Sejatinya memang semua rezeki makhluk di bumi telah dijamin semua oleh Allah Swt. Meski demikian semuanya harus tetap disertai ikhitiar namun dengan tidak meletakkan ikhtiar tersebut sebagai segala-galanya. Sukses dan kayanya kita jangan sampai menganggap bahwa itu murni dari hasil kerja keras dan jerih payahnya.
BACA JUGA: Ampunan dari Sepotong Roti
Yakinlah bahwa ada doa-doa yang bekerja di dalamnya yang membuat Allah memudahkan urusan kita. Entah itu doa kita sendiri, orang tua, keluarga, teman atau orang yang pernah kita bantu dan tanpa kita ketahui doanya tulus kepada kita.
Semuanya adalah karena peran Allah, semua usaha kita hanyalah wasilah. Itu semua agar diri kita tak terlalu bangga atas apa yang dicapai, pun tak terlalu larut dalam tangis atas apa yang lepas (belum tercapai) dari keinginan kita. Allah mengikuti prasangka hamba-Nya. Selama ia yakin bahwa semua telah ada rezekinya masing-masing, maka Allah juga kan mudahkan untuk memperolehnya.
Sehingga yang mendapat rezeki yang berlimpah bukan karena memang ikhtiarnya semata, tapi memang sesungguhnya ada peranan Allah yang utama. Allah tetap akan menjamin rezeki meski seorang hamba dalam kondisi lemah tak berdaya selama doa dan ikhitiarnya tak pernah reda maka pertolongan Allah itu nyata adanya. Wallahu ‘alam bishshawab. []