SIKSA kubur bagi seorang Muslim merupakan perkara ghaib. Tak ada satu jiwa pun yang kekal abadi hidup di dunia. Semu pasti akan merasakan mati. Bila ajal telah tiba tak ada yang bisa menghindar dan lari darinya. Bukan berarti telah berakhir sampai di sini. Tetapi telah berpindah ke alam berikutnya, yaitu alam kubur atau alam barzakh, yang termasuk bagian dari beriman kepada hari akhir.
Adapun siksa kubur bagi orang non-Muslim adalah abadi sampai datangnya hari kiamat. Sedangkan bagi Mukmin yang bermaksiat, bila Allah Ta’ala telah memutuskannya untuk mengazabnya maka tergantung dengan dosa-dosanya.
BACA JUGA: Inilah Amalan Penyelamat dari Siksa Kubur
Bisa saja dia diazab terus menerus dan juga mungkin tidak terus menerus, mungkin lama dan mungkin juga tidak lama, tergantung dengan rahmat dan ampunan dari Allah SWT.
Mungkin pula orang Mukmin yang bermaksiat tadi diputuskan tidak mendapat adzab sama sekali dengan rahmat dan maghfirah Allah. Semoga kita diselamatkan oleh Allah Ta’ala dalam fitnah kubur dan dari azab kubur.
Semua peristiwa yang terjadi di alam kubur itu merupakan perkara ghaib yang tidak bisa dinilai kebenarannya dengan logika, analisa dan eksperimen. Bahkan semua peristiwa di alam kubur itu amatlah mudah bagi Allah. Karena Allah Ta’ala memilki nama Al Qadir Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Sehingga peristiwa di alam kubur harus dinilai dan ditimbang dengan nilai dan timbangan iman. Karena ini adalah perkara yang ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan akal dan logika manusia.
BACA JUGA: Awas Hati-hati, Siksa Kubur karena Air Pipis
Sehingga bila ada manusia yang mati tenggelam dilaut yang badannya hancur dimakan ikan laut, atau manusia yang mati terbakar sampai menjadi abu sangatlah mudah bagi Allah Ta’ala untuk mengembalikannya.
“Dan kami (malaikat) lebih dekat kepadanya (nyawa) dari pada kalian. Tetapi kalian tidak bisa melihat kami.” (Al Waqi’ah: 85).
Ketika malaikat hendak mencabut nyawa seseorang, sesungguhnya malaikat tersebut ada disebelahnya tetapi ia tidak bisa dilihat oleh mata kepalanya. Demikianlah kekuasaan dan kagungan Allah Ta’ala yang tidak tidak bisa diukur dengan logika manusia. Wallahualam. []