SHIRATH merupakan jembatan yang terbentang di atas neraka menuju ke surge. Semua manusia akan melewatinya sesuai dengan amalan mereka. Ada yang terjatuh ke neraka, ada yang melewatinya dengan cepat dan ada yang melewatinya dengan lambat.
Dalam beberapa hadits disebutkan ciri atau sifat dan bentuk Shirath, yaitu: “licin (lagi) mengelincirkan, di atasnya ada besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, memiliki cangkok-cangkok besar yang mencangkok siapa yang melewatinya, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan …”
BACA JUGA: Jembatan Shirat Ibarat Rambut Dibelah 7, Benarkah?
“Dan dibentangkanlah jembatan Jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para Rasul pada saat itu: ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Pada shirath itu, terdapat pencangkok-pencangkok seperti duri pohon Sa’dân. Pernahkah kalian melihatnya?” Para Sahabat menjawab, “Pernah, wahai Rasulullah. Maka ia seperti duri pohon Sa’dan, tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Maka ia mencangkok manusia sesuai dengan amalan mereka.” (HR. al-Bukhari)
Di samping itu, para Ulama menyebutkan pula bahwa shirath tersebut lebih halus daripada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih panas daripada bara api, licin dan mengelincirkan.
Hal ini berdasarkan pada beberapa riwayat, baik yang disandarkan langsung kepada Nabi SAW ataupun kepada para Sahabat tetapi dihukumi marfu. Sebab, para Sahabat tidak mungkin mengatakannya dengan dasar ijtihad pribadi mereka tentang suatu perkara yang ghaib, melainkan hal tersebut telah mereka dengar dari Nabi SAW.
Abu Sa’id ra berkata: “Sampai kepadaku kabar bahwa Shirath itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.”
Berdasarkan dalil-dalil yang telah disebutkan, dapat kita ikhtisarkan sifat dan bentuk shirath tersebut sebagaimana berikut:
- Shirath tersebut amat licin, sehingga sangat mengkhawatirkan siapa saja yang lewat di mana ia mungkin saja terpeleset dan terperosok jatuh.
- Shirath tersebut menggelincirkan. Para Ulama telah menerangkan maksud dari ‘menggelincirkan’ yaitu ia bergerak ke kanan dan ke kiri, sehingga membuat orang yang melewatinya takut akan tergelincir dan tersungkur jatuh.
- Shirath tersebut memiliki besi pengait yang besar, penuh dengan duri, ujungnya bengkok. Ini menunjukkan siapa yang terkena besi pengait ini tidak akan lepas dari cengkeramannya.
- Terpeleset atau tidak, tergelincir atau tidak, dan tersambar oleh pengait besi atau tidak, semua itu ditentukan oleh amal ibadah dan keimanan masing-masing orang.
- Shirath tersebut terbentang membujur di atas neraka Jahannam. Barang siapa terpeleset dan tergelincir atau terkena sambaran besi pengait, maka ia akan terjatuh ke dalam neraka Jahannam.
- Shirath tersebut sangat halus, sehingga sulit untuk meletakkan kaki di atasnya.
- Shirath tersebut juga tajam yang dapat membelah telapak kaki orang yang melewatinya. Karena sesuatu yang begitu halus, namun tidak bisa putus, maka akan menjadi tajam.
- Sekalipun Shirath tersebut halus dan tajam, manusia tetap dapat melewatinya. Karena Allah SWT menjadikan manusia mampu berjalan di atas apapun.
- Kesulitan untuk melihat Shirath karena kehalusannya, atau terluka karena ketajamannya, semua itu bergantung kepada kualitas keimanan setiap orang yang melewatinya.
BACA JUGA: Bukan Jalan Orang Biasa
Sebagai seorang Mukmin, kita wajib mempercayai segala hal yang akan terjadi pada hari Kiamat, baik yang disebutkan dalam al-Qur’an maupun yang terdapat dalam Hadits yang shahih.
Kita tidak boleh membeda-bedakan dalam urusan beriman dengan segala peristiwa tersebut, baik itu sesuai dengan logika ataupun tidak.
Segala hal yang akan terjadi di akhirat tidak bisa kita qiyaskan dengan peristiwa di dunia ini. Karena semua peristiwa di akherat adalah peristiwa yang penuh dengan keluarbiasaan dan kedahsyatan. []
SUMBER: USTADZ DR. ALI MUSRI SEMJAN PUTRA/ AL MANHAJ