KALA sang ayah meninggal dunia, Fatimah mengharap warisan peninggalannya. Ia pun datang meminta warisan sang ayah kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar kemudian menyampaikan kepadanyabahwa ia pernah mendengar Nabi SAW bersabda, “Kami tidak diwarisi. Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.” (HR Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami, 347)
Isma’il bin Abu Khalid meriwayatkan dari Asy-Sya’bi ia berkata, “ Saat Fatimah ra terbaring sakit, Abu Bakar Ash-Shiddiq kemudian meminta izin menemuinya.
Ali berkata, “Fatimah, Abu Bakar Ash-Shiddiq meminta izin untuk menemuimu, apakah kau mengizinkannya?”
Fatimah bertanya kepada Ali, “Apa kau ingin aku memberinya izin?” ‘Ya,” sahut Ali.
Imam, Adz-Dzahabi berkata, “Fatimah ra mengamalkan sunnah. Ia tidak mengizinkan seorang pun masuk ke dalam rumah tanpa izin suami.”
Abu Bakar ra kemudian masuk dan meminta Fatimah ridha.
Abu Bakar berkata, “Demi Allah tidaklah aku meninggalkan kampung halaman, harta benda, keluarga, dan kabilah selain demi mencari ridha Allah, ridha Rasul-Nya SAW, dan ridha kalian (ahlul bait).” Abu Bakar terus memintanya ridha, hingga akhirnya ia ridha (tidak marah lagi). ( HR Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat (VIII/27).
Saya sampaikan, seperti itulah rumah tangga suci. Seperti itulah wamita shalehah salaf terbaik, ia tidak mengizinkan seorang pun memasuki rumah tanpa izin suami dan saat suami tidak ada.
Kita memohon kepada Allah untuk sekali lagi mengembalikan kaum Muslimin kepada agama-Nya, agar seluruh dunia tahu bahwa kehidupan hakiki nan bersih tidak akan pernah ada selain di bawah naungan ajaran –ajaran Islam. []
Sumber: Biografi 35 Shahabiyah Nabi/Syaikh Mahmud Al-Mishri/Ummul Qura