RAMALLAH—“Adalah hakku untuk bertemu dan hidup bersamamu,” demikian salah satu penggalan isi surat dari Safaa, putri dari Abdullah Barghouthi—pria Palestina yang dipidana 67 tahun penjara. Safaa membacakan sepucuk surat untuk ayahnya dalam sebuah pagelaran yang diselenggarakan oleh sekolahnya di Ramallah, Tepi Barat.
Pagelaran di Qassim al-Rami high school tersebut dilangsungkan sebagai bentuk dukungan terhadap para tahanan yang melakukan aksi mogok makan di penjara Israel—dilaksanakan bertepatan dengan tiga hari Barghouthi melakukan aksi mogok makan bersama ratusan tahanan Palestina—lansir Middle East Monitor, Sabtu (22/04/2017).
Safaa telah terpisah dengan ayahnya sejak berusia satu bulan, dan berikut isi surat yang ia sampaikan.
“Tawa anak-anak tahanan telah menyatu dengan air mata mereka, namun mereka akan lebih kuat dari rumor yang dihembuskan Israel. Lebih kuat dari upaya para pemukim yang memanggang daging guna mematahakan tekad para tahanan. Dan akan selalu lebih kuat dari seluruh sel isolasi,” tulisnya.
“Ayah, kau adalah kebanggaan kami,” lanjut Safaa. “ Aku mencintaimu, dan akan tetap mengingatmu, setiap hari, setiap bulan. Kuatkanlah tekadmu, ditahun mendatang Allah akan mengembalikanmu pada kami.”
“Adalah hakku untuk bertemu dan hidup bersamamu,” ia mengulangi suratnya. “Terus kuulang kata “ayah”, karena begitu jarang aku menyebut kata itu.”
Barghouthi sendiri telah ditahan sejak tahun 2003. Sebagai pemimpin Hamas, ia ditahan atas tudingan keterlibatannya dalam berbagai serangan terhadap Israel.
Jumat (21/04/2017), Barghouthi bersama ratusan tahanan Palestina lainnya, telah memasuki hari ke-5 dalam aksi mogok makan yang mereka laksanakan di Penjara Israel.
Awalnya, seruan aksi mogok makan ini disuarakan oleh tahanan Palestina yang berafiliasi pada gerakan Fatah. Kemudian, tahanan Palestina lainnya -yang berasal dari spektrum politik yang berbeda – sepakat untuk melakukan aksi mogok makan dibawah slogan “Kemerdekaan dan Kemuliaan.” Selasa (18/04/2017), tercatat 1.500 tahanan Palestina meleburkan diri dalam aksi ini.
Diperkirakan, Israel telah menahan satu juta warga Palestina sejak berdirinya “negara Israel” pada tahun 1948 dan diikuti pendudukan terhadap wilayah Tepi Barat, Jerusalem Timur dan Jalur Gaza di tahun 1967.
Menurut Addameer, organisasi yang menangani hak-hak para tahanan, sekitar 6.300 warga Palestina telah ditahan hingga Maret tahun ini. []
Sumber: Suara Palestina.