AHMAD bin Jamil Al-Marwazi menuturkan, Ibnu Al-Mubarak ra. diberi tahu bahwa Ismail bin Ghalabah ra. telah diangkat menjadi pejabat urusan sedekah. Lalu, Ibnu Al-Mubarak ra. menulis surat kepadanya.
“Hai orang yang membuat Ilmu menjadi elang, yang menyambar harta orang-orang miskin.
Engkau menyiasati dunia dan kenikmatan, dengan dalih yang menyirnakan ad-din.
Karenanya, engkau telah menjadi kegilaan, padahal sebelumnya engkau adalah penyembuh bagi orang-orang sinting.
BACA JUGA:Â 4 Tingkatan Menyambung Silaturahim Menurut Ulama
Di manakah ilmu yang engkau dapatkan, dari Ibnu Aun dan Ibnu Sirin?
Di manakah petuahmu yang dulu engkau keluarkan, tentang mendekati pintu para pemimpin?
Jika ini sebuah keterpaksaan, demikian pula keledai pembawa Ilmu yang terperosok dalam lumpur yang licin.”
Taktkala ia menerima dan membaca tulisan ini, ia menangis tersedu-sedu dengan penuh penyesalan.
Banyak ulama shalih yang menjauhkan diri dari kekuasaan karena ingin melindungi dirinya agar tidak terperosok dalam lubang kehinaan. Berikut ini adalah pendapat para ulama tentang jabatan dan kekuasaan:
BACA JUGA:Â Banyaknya Khataman Quran Para Sahabat dan Ulama Salaf
- Al-Ahnaf bin Qais menjelaskan bahwa penyakit yang akan merusak alim ulama adalah ambisi untuk meraih kekuasaan.
- Al-lmam Ahmad pernah berkata kepada Sufyan bin Uyainah, “Cinta kekuasaan lebih disenangi orang dibandingkan emas dan perak. Barangsiapa berambisi memperoleh kekuasaan, ia akan mencari-cari aib orang lain.”
- Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Kekuasaan lebih disenangi oleh ahli qira’ah dibandingkan emas merah.”
Ibnu Abdus berkata, “Setiap kali bertambah kemuliaan seorang alim dan bertambah tinggi derajatnya, makin cepat dia merasa ujub. Kecuali orang yang dijaga oleh Allah SWT dengan taufiq-Nya dan membuang ambisi terhadap kekuasaan dari dirinya.” - “Ilmu hadits adalah disiplin ilmu yang mulia. Yang cocok untuk ilmu ini hanyalah akhlak mulia dan perilaku yang terpuji. Ilmu ini akan menghilangkan akhlak buruk dan perilaku tercela. Ilmu hadis adalah ilmu akhirat, bukan ilmu dunia. Barangsiapa yang ingin mendengarkan periwayatan hadis atau ingin menyampaikan ilmu hadis, hendaknya ia berupaya meluruskan dan mengikhlaskan niat. Dia pun harus membersihkan hatinya dari tujuan-tujuan duniawi dan segenap nodanya. Dia pun harus berhati-hati dari penyakit dan kotoran dari ambisi terhadap kekuasaan.”
- Salah satu hal yang membedakan antara ulama dunia dan ulama akhirat adalah ulama dunia senantiasa memperhatikan kekuasaan, senang akan pujian dan massa. Sementara, ulama akhirat menjauhi hal tersebut. Mereka benar-benar menjaga diri dari hal itu dan menyayangkan orang-orang yang terkena penyakit tersebut. Namun, dikarenakan telah terbiasa dan memiliki ambisi mendapatkan kedudukan telah menguasai pemikiran mereka, tinggallah ilmu hanya terucap melalui lisan sebagai sebuah adat, bukan untuk diamalkan.