DAMASKUS—Dalam serangan yang menargetkan lokasi senjata kimia Suriah, Inggris menurunkan empat Royal Air Force Tornado.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan, tidak ada alternatif lain untuk menghalangi penggunaan senjata kimia rezim Suriah.
Sementara menanggapi serangan koalisi tiga negara pimpinan Amerika, media pemerintah Suriah SANA menyebut sabotase itu sebagai pelanggaran hukum internasional. Dilaporkan terdengar ledakan besar di Damaskus, Homs, dan lainnya, dalam serangan tersebut.
“Kami telah berusaha menggunakan setiap saluran diplomatik yang mungkin untuk mencapai ini,” kata Theresa May. “Ini bukan tentang campur tangan dalam perang saudara. Ini bukan tentang pergantian rezim,” lanjutnya.
“Ini adalah tentang sabotase terbatas dan terarah yang berupaya untuk menurunkan ketegangan di kawasan itu dan melakukan segala kemungkinan untuk mencegah korban sipil.”
Apa itu RAF Tornado?
Tornado telah menjadi salah satu andalan Royal Air Force –angkata udara Inggris- sejak tahun 1980 dan digunakan untuk menegakkan zona larangan terbang di Irak. Tornado ini terutama digunakan sebagai unit serangan atau pesawat serang.
RAF Tornado dipersenjatai dengan rudal jelajah Storm Shadow yang dapat mencapai target dari jarak yang signifikan. MoD menggambarkan rudal itu dirancang untuk “jarak jauh, sangat akurat, dengan kemampuan penetrasi ke dalam bunker.
Tornado GR4s juga dilengkapi dengan rudal Brimstone, senjata anti-armor yang efektif dan juga dapat digunakan untuk pengintaian taktis sepanjang hari, siang dan malam.
Departemen Pertahanan (Dephan) Inggris mengatakan, bahwa empat RAF Tornados meluncurkan rudal-rudal jelajah Storm Shadow terhadap fasilitas militer Suriah.
“Bekas pangkalan rudal itu dinilai telah digunakan oleh rezim Suriah untuk menyimpan prekursor senjata kimia yang ditimbun dalam pelanggaran kewajiban Suriah di bawah Konvensi Senjata Kimia,” kata MoD dalam sebuah pernyataan.
“Serangan koalisi ini ditujukan dengan pesan yang jelas kepada rezim soal penggunaan senjata kimia yang tidak dapat diterima dan Anda akan dimintai pertanggungjawaban,” tegas Menteri Inggris Pertahanan Gavin Williamson.
Sementara itu Media pemerintah Suriah –SANA- mengatakan serangan udara itu merupakan pelanggaran keras terhadap hukum internasional.
Kantor berita resmi Sana mengutip sumber anonym yang tidak disebutkan namanya mengatakan, ketika teroris gagal, AS, Prancis dan Inggris melakukan intervensi dan melakukan agresi terhadap Suriah.
“Agresi Amerika, Prancis, dan Inggris terhadap Suriah akan gagal,” tulis SANA. []
Sumber: BBC