SURIAH–Serangan udara di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, Suriah, sebagian korban luka-luka akibat serangan kimia itu pada Selasa (4/4/2017) langsung dibawa ke Turki. Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag mengatakan hasil autopsi mengukuhkan bahwa senjata kimia memang digunakan dalam serangan itu.
Korban-korban yang dibawa ke Turki mendapatkan perawatan medis. Namun, tiga orang di antara mereka tidak terselamatkan. Sementara itu, seorang anak di idlib mendapat perawatan di sebuah rumah sakit darurat, Saraqib, setelah serangan udara yang diduga karena gas beracun.
Organisasi Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah (Syrian Observatory for Human Rights) yang berkantor di Inggris melaporkan, 20 anak-anak dan 52 orang dewasa di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, meninggal dunia dalam serangan zat beracun itu.
Tim Medis dan Relawan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Aman Medis (MSF) membawa jenazah korban serangan itu dari reruntuhan gedung yang diserang. Sebagian korban lainnya mengalami gejala-gejala seperti mulut berbusa, sesak nafas, dan gejala yang konsisten dengan paparan zat saraf.
Warga yang menjadi saksi dalam kejadian itu bahkan mengatakan, klinik-klinik tempat merawat para korban serangan zat kimia dijadikan pula sasaran serangan udara. Hal itu menyebabkan bangunan-bangunan rumah sakit hancur dan korban dilarikan ke tempat lain.
Sementara itu, para petugas kesehatan dan relawan di Douma, Suriah, menggelar aksi solidaritas untuk saudaranya yang mengalami serangan kimia mematikan itu.
Puluhan orang meninggal dunia akibat serangan kimia beracun itu, termasuk anak-anak. Muncul pertanyaan, siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu?.
Menteri Kehamiman Turki mengatakan pasukan militer Suriah di bawah pemerintahan Presiden Bashar al-Assad bertanggung jawab atas serangan kimia pada Selasa (4/4/2017) kemarin. Namun Bozdag tidak menyebut nama zat kimia yang digunakan, dan tidak memberikan bukti-bukti yang bisa menunjukkan bahwa kejadian versi pemerintah Suriah dan sekutunya Rusia, itu salah.
Sebelumnya, Pemerintah Suriah dan Rusia, sebagai sekutu yang membantu militer Suriah melawan kelompok-kelompok pemberontak, menegaskan gas beracun mematikan keluar ketika serangan udara mengenai gudang yang digunakan oleh kelompok pemberontak untuk membuat dan sekaligus menyimpan senjata kimia.
“Di lingkungan gudang terdapat tempat-tempat yang memproduksi mesiu kimia,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konoshenkov.
Namun seorang ahli senjata kimia, Hamish de Bretton-Gordon mengatakan kepada BBC bahwa versi kejadian yang disampaikan oleh Rusia tergolong “khayalan”.
Menurutnya, pemikiran bahwa gas saraf seperti Sarin dapat menyebar setelah proses pembuatan senjata dibom “tidaklah dapat dipertahankan”, ungkapnya.
Dari lapangan, Hasan Haj Ali, komandan kelompok pemberontak Tentara Pembebasan Idlib mengatakan kepada kantor berita Reuters, “Semua orang melihat pesawat ketika pesawat itu mengebom dengan gas.”
Kendati demikian, pejabat yang memimpin operasi pimpinan PBB untuk menangani senjata kimia di Suriah mengatakan kepada stasiun televisi Channel 4 News di Inggris bahwa rangkaian peristiwa yang dibeberkan oleh Rusia tidak bisa diabaikan.
“Jika gas sarin disimpan di sana (di gudang) dan mesiu konvensional digunakan, ada kemungkinan sebagian dari amunisi kimia itu tidak dipakai dan sarin cair kemudian keluar dan dapat mengenai penduduk,” kata Jerry Smith. []
Sumber: BBC