MALAS merupakan sifat buruk yang kerap dijumpai pada diri manusia. Munculnya rasa malas, disebabkan beberapa hal. Misalnya karena tarikan syahwat yang kuat, lalai, dan panjang angan-angan.
Lalai, penyebabnya karena jarangnya seseorang mengingat Allah di setiap waktu-waktunya sehingga tidak adanya dorongan kuat dalam dirinya untuk beramal.
Allah Ta’ala berfirman :
وَاذۡكُرْ رَّبَّكَ فِىۡ نَفۡسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيۡفَةً وَّدُوۡنَ الۡجَـهۡرِ مِنَ الۡقَوۡلِ بِالۡغُدُوِّ وَالۡاٰصَالِ وَلَا تَكُنۡ مِّنَ الۡغٰفِلِيۡنَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf : 205)
Selain lalai, panjang angan-angan juga mempengaruhi kemalasan seseorang. Angan-angan ini tentunya berbeda dengan harapan. Harapan selalu dibarengi dengan usaha sedangkan angan-angan tidak pernah dibarengi oleh usaha.
BACA JUGA: Doa agar Tak Malas Ibadah
Seseorang yang tenggelam dalam angan-angannya, akan lupa bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia adalah sesuai dengan takdir dan ketetapan Allah Ta’ala.
Lantas, bagaimana cara untuk menghindari atau melawan rasa malas beraktivitas dan ibadah ini?
Rasulullah SAW senantiasa berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)
BACA JUGA: 7 Tips Atasi Malas Shalat
Selain itu, sebagaimana dikutip dari Sindonews, Ustadzah Ummi Fairuz Ar-Rahbini, istri Buya Yahya dari Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon, memberikan tips untuk mengatasi rasa malas. Berikut tipsnya:
1 Berdoa dan memohon kepada Allah agar istiqamah dalam kebaikan
Sesungguhnya hati manusia berada di antara jari jemari Allah SWT. Dialah yang kuasa mengarahkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Untuk itu agar hati ini terus diarahkan kepada kebaikan dan amal saleh serta dihilangkan dari berbagai penyakit termasuk rasa malas maka mintalah kepada Allah melalui berdoa kepada-Nya.
2 Senantiasa berzikir
Zikir akan menjadikan hati seserang merasa nyaman dan tentram dengan Allah. Inilah yang menjadi senjata ampuh untuk menghadapi berbagai tarikan hawa nafsu dan syahwat yang sering kali diprovokasi oleh setan dengan bisikan-bisikannya. Firman Allah Ta’ala :
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du : 28)
3 Mendatangi majelis-majelis mulia
Di majelis mulia tersebut Allah akan menurunkan Rahmat-Nya dan ini juga bisa menjadi sebab seseorang bisa mendapatkan hidayah-Nya. Jika seorang hamba telah diberi hidayah oleh Allah SWT maka akan mudah baginya untuk membuka pintu-pintu kemuliaan.
4 Berkumpul dengan orang-orang yang shalih
Maksudnya di sini bukan hanya ulama (orang alim) akan tetapi siapapun yang bisa membawa pengaruh positif untuk kita agar bisa lebih dekat kepada Allah SWT.
Tidak jarang seseorang yang pada awalnya malas menjadi bersemangat ketika menyaksikan orang-orang di sekelilingnya begitu rajin. Sangat mungkin seorang anak yang tadinya malas membaca Alquran kemudian menjadi bersemangat untuk membacanya setelah menyaksikan ayah atau kakaknya yang begitu rajin membacanya.
Tepatlah apa yang dikatakan Ibnu Kholdun bahwa manusia adalah anak lingkungannya, artinya orang-orang yang ada disekitarnyalah yang membentuk karakter dan kepribadian seseorang. Untuk itu seorang mukmin haruslah memperhatikan lingkungannya, baik lingkungan rumah, kantor, bisnis bahkan lingkungan bermainnya.
Seperti sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ”Seseorang itu tergantung dari (kualitas) agama kawan karibnya maka seseorang diantara kamu melihat siapa yang menjadi kawan karibnya.” (HR. Abu Daud) []
SUMBER: SINDONEWS