MENIKMATI harta yang merupakan hasil jeri payah bekerja diperbolehkan, asal tidak berlebihan dan tidak menimbulkan keburukan. Nabi bersabda, “Tuhan senag dengan hamba-Nya yang menujukan tanda-tanda atas nikmat-nikmat yang menunjukan tanda-tanda atas nikmat-nikmat yang diberikan-Nya dalam kehidupan”. Nabi bersabda pula, “hartamu adalah apa yang kamu pergunakan dan harta ahli warismu adalah yang tidak kamu pergunakan.tidak ada sedikit pun di antara yang kamu makan dan gunakan habis, yang kamu pakai dan kamu tinggalkan, dan yang kamu belanjakan untuk kepentingan bersedekah, yang imbalan pahalanya kamu simpan untukmu”.
Kalau pecinta dunia mencari dunia untuk kepuasan dirinya, pecinta Allah mencari dunia untuk mendapatkan kedekatan dengan Allah. Kita kejar dunia dengan bersimbah peluh, mandi keringat, seterusnya. Tapi kepuasan muslim bukan ketika terkumpulnya uang. Kebahagiaan sejati adalah ketika orang yang lapar bisa makan dengan bekerja pada perusahaan kita, ketika martabat pekerja tersebut terangkat di masyarakat, dan ketika mereka mampu menghidupi keluargannya. Nikmati harta secukupnya dan sewajarnya, selebihnya sedekahkan. Itulah yang terbaik.
BACA JUGA: Bekerja; Obat Kemiskinan
Selain harta, kerja juga menghasilkan ilmu. Ilmu adalah hasil dari belajar. Keutamaan ilmu, misalnya, dapat dilihat pada surat Al-Mujaadilah ayat 11, “orang yang berilmu ditinggikan beberapa derajat”. Khalifah Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa ada sepuluh kelebihan ilmu dibanding harta, yaitu ilmu adalah warisan para nabi, menjaga orang yang mempunyainya (bandingkan dengan harta yang justru harus kita jaga), memungkinkan banyak teman, jika diberikan ke orang lain malah bertambah, membuat sering dipanggil dengan sebutan baik, memungkinkan menerima syafaat di hari kiamat, apabila disimpan tidak habis, tidak usah dijaga dari kejahatan, tidak membutuhkan tempat, dan ilmu akan menyinari hati manusia menjadi terang dan tentram.
Dari Abu Hurairah RA: “Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, “Barang siapa yang menempuh suatu jalan bepergian mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan, membentuk majelis taklim, membaca ayat-ayat Allah, baik yang tertulis maupun tidak. Dalam surat Al-Alaq ayat 1, Iqra’ bismirobbikalladzi khalaq, diperintahkan kepada kita untuk membaca ayat-ayat Allah. Mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim, baik ilmu agama ataupun lainnya. Ilmu akan menambah keimanan kita pada Allah. Dalam satu hadits saya pernah membaca, orang yang pergi berangkat untuk mencari ilmu nilainya setinggi berjihad. Jika ia mati dalam menuntut ilmu, insya Allah ia pun sahid.
Al-Quran adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan. Hal ini, misalnya , terbukti dari teori ledakan besar. Para ilmuwan akhirnya sepakat bahwa seluruh alam bermula dari suatu titik tunggal yang sangat kecil, tetapi mempunyai kepadatan tak terbatas. Titik ini selalu meledak dan melemparkan semua materinya ke segala arah, lantas terciptalah sistem alam semesta. Ini sebenarnya telah disebutkan dalam suat Al-Anbiya ayat 30, “Dan apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduannya”.[]
Sumber: Tangan-tangan yang Dicium Rasul/Syahyuti/Pustaka Hira/Depok/Oktober 2011