SUATU ketika seseorang mendatangi seorang Syaikh (cendekiawan Islam) dan mengeluh kepadanya tentang kemiskinan. Dia mengatakan bahwa dirinya sangat tertekan dan lebih memilih kematian daripada kehidupan miskin.
Syaikh itu bertanya kepadanya, “Apakah kamu bersedia untuk diambil matamu dengan imbalan sepuluh ribu Dirham (koin perak).”
Dia menjawab “Tentu tidak.”
BACA JUGA: Setelah Kaya, Apa Lagi?
Syaikh berkata, “Apakah kamu ingin lidahmu dicabut dan mendapatkan sepuluh ribu Dirham sebagai imbalan?”
Pria itu berkata, “Tentu saja tidak.”
Syaikh berkata, “Apakah kamu setuju jika kedua tangan dan kakimu dipotong dengan imbalan dua puluh ribu Dirham.”
Pria itu berkata bahwa dia tidak akan melakukannya.
Syaikh bertanya, “Apakah kamu bersedia menjadi orang gila dan mendapatkan sepuluh ribu Dirham sebagai imbalan?”
BACA JUGA: Bagi Orang Bertakwa, Sehat Lebih Baik Ketimbang Kaya
Pria itu berkata bahwa dia tidak mau.
Mendengar ini, Syaikh berkata padanya, “Apakah kamu tidak malu pada diri sendiri? Kamu mengakui bahwa Allah Ta’ala telah memberimu begitu banyak anugrah yang berharga, nilainya, menurut perkiraanmu sendiri, melebihi lima puluh ribu Dirham (menghitung hanya beberapa anugerah, sebagai ilustrasi) namun kamu mengeluh tentang kemiskinan!” []
Referensi: Fadhail-e-Sadaqaa Bagian II, diterjemahkan oleh Prof. Abdul Karim.
SUMBER: ISLAM CAN