Oleh: EL Fitrianty
Penulis Buku Serial “Akidah untuk Balita Cerdas”
emma.kaze97@gmail.com
SYAIKH Imam Hammad ibn Ibrahim ibn Isma’il Assyafar Al-Anshari membacakan syairnya kepada Imam Abu Hanifah, “Siapa yang menuntut ilmu untuk akhirat, tentu ia akan memperoleh anugerah kebenaran. Dan kerugian bagi orang yang menuntut ilmu hanya karena mencari kedudukan di masyarakat.”
Ada pertanyaan-pertanyaan kepada para bunda seperti ini: “Kok sekolah terus? Kok nggak selesai-selesai kuliahnya? Mau jadi apa nanti setelah lulus kuliah? Buat apa capek-capek kuliah sarjana, atau master, atau bahkan doktor kalau ujung-ujungnya cuma mau jadi ibu rumah tangga? Ijasahnya buat apa?” Itu pertanyaan klasik dari orang-orang pada umumnya.
Betapa pentingnya peran seorang ibu rumah tangga. Bunda tidak hanya berperan menyiapkan kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya mulai dari makanan yang halal dan toyib, pakaian yang bersih dan rapi, rumah yang bersih dan kebutuhan keseharian lainnya. Bunda juga berperan menuansakan lingkungan kondusif bagi anak untuk belajar. Ya, belajar apapun. Bunda juga menentukan apakah suasana keluarga akan menyenangkan atau tidak.
BACA JUGA: Ayah, Jangan Hanya Sibuk Kerja, Perhatikanlah Anak-anak Anda
Bundalah madrasah awal bagi anak-anak. Segala ucapan dan perilaku kita sebagai orang tua menjadi contoh riil bagi anak-anak yang ternyata juga sebagai peniru terbaik. Maka kita pun harus berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu. Kita sebagai ibu dengan frekuensi bertemu dengan anak yang umumnya lebih banyak dibandingkan suami yang bekerja dari pagi hingga petang tentu memiliki peran yang lebih besar dalam mendidik dan memberikan input kedalam benak anak-anakku. Dan itupun ternyata membutuhkan ilmu yang tidak sedikit. Tak bisa dianggap remeh.
Kita pun menyadari, seorang bunda yang berkualitas wajib adanya untuk anak-anak kita. Bunda yang berilmu, bersyakhsiyah (berkepribadian) mulia, cerdas tentu akan lebih mudah menjadikan anak-anaknya juga berkualitas. Bunda yang bodoh dan tak karuan dalam mendidik anak akan menghasilkan output anak yang berbeda pula. Lalu bagaimana dengan peran sekolah (bahkan favorit) dalam membentuk karakter anak?
Sepanjang kita lihat dari banyak fakta yang terjadi, peran keluarga dalam membentuk karakter anak tetap nomor satu. Ada fenomena, seorang anak yang disekolahkan dari kecil di sekolah islami mulai dari TK hingga menengah atas ternyata kesemuanya tidak banyak memberikan atsar (pengaruh) signifikan terhadap perilaku sang anak. Misalkan saja soal berkerudung.
Ketika kurikulum sekolah juga tidak menyampaikan bab soal wajibnya kerudung sampai menyentuh ranah akidah sang anak hingga menancap kuat, kewajiban mengenakan hijab syar’i tersebut ternyata hanya dipahami anak sebagai kewajiban berseragam, an sich. Selepas pulang sekolah, kerudung pun dibuka dan sang anak yang notabene sudah balig dengan tanpa rasa berdosa membuka auratnya di depan umum.
Sebagus apapun kurikulum sekolah (islami) namun jika kemudian suasana di rumah tidak mendukung pola pendidikan yang sudah baik di sekolah (tidak islami), maka anak akan kembali pada habits keluarga tersebut. Peran bunda yang berkualitas sangat besar dalam hal ini, yaitu menancapkan akidah Islam yang kuat kepada anak.
Jadi gelar Sarjana, Master bahkan Doktor yang sudah didapatkan sang bunda di bangku kuliah itu tentu berpengaruh terhadap kualitasnya dalam mendidik anak. Meskipun, sebenarnya tak harus menjadi seorang Doktor untuk bisa mendidik anak dengan baik. Bukan berarti menafikan upaya para bunda untuk mendapatkan pendidikan tinggi demi mengasah pemikiran dan kepribadiannya agar lebih baik. Bukan juga berarti pesimis terhadap ikhtiyar para bunda untuk memberikan servis terbaik untuk keluarganya melalui pemahaman yang didapatkannya dari dunia akademis.
Namun lebih dari semua titel itu, ada tiga hal yang harus tetap dipegang oleh para bunda sekalian.
BACA JUGA: Ibu Rumah Tangga, Kalian Istimewa
Pertama, bunda mau openminded, menempa diri sehingga akidahnya semakin mantap, matang syakhsiyah (kepribadian) maka meskipun tak punya gelar akademik yang tinggi insya Allah hasil pendidikannya kepada anak tidak kalah berkualitasnya.
Kedua, bunda harus memiliki daya kendali yang kuat terhadap anak, jangan sampai lemah. Bounding kita dengan anak harus terus kita pupuk sehingga bunda menjadi tempat pertama dan ternyaman bagi anak untuk mencurahkan segala keluh-kesahnya, alias kita menjadi orang yang dipercaya oleh anak-anak kita sebelum orang lain.
Ketiga, kita bersama seluruh anggota keluarga berusaha agar tidak ikut tergerus arus zaman yang serba bebas (sekular). Semoga dengan tiga hal ini, proses pendidikan dan pembinaan anak-anak kita di keluarga bisa lebih optimal. Wallahu a’lam bishshawab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.